Salah Jalan
Ahmad Suhai Direktur Pos Dai Pusat Ada tiga kemungkinan mengapa seseorang bisa salah jalan. Pertama, karena tidak tahu. Ke...
Ada tiga kemungkinan mengapa seseorang bisa salah jalan.
Pertama, karena tidak tahu.
Kedua, karena lupa atau lalai.
Ketiga, karena sombong.
Untuk sebab yang pertama dan kedua cukup mudah membetulkannya. Tinggal diberitahu dan diingatkan. Untuk sebab yang ketiga biasanya agak sulit diperbaiki, karena sombong itu bukan tidak tahu jalan yang benar. Ia tahu, namun sengaja menolak menempuh jalan itu. Nabi saw pernah berkata,” Sombong (al-kibr) adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” Diperlukan akhlak dan kesabaran tingkat tinggi untuk merubah kesombongan ini.
Akibat salah jalan itu sungguh menyengsarakan. Tidak peduli berapa lama ia menempuh jalan itu, seberapa keras ia berusaha, dan seberapa banyak sumber daya yang ia habiskan, semua itu akan sia-sia. Mengapa ? Karena ia tidak pernah sampai pada tujuan yang sebenarnya. Bahkan semakin ia meningkatkan seluruh upayanya itu, justru akan semakin menjauhkannya dari tujuan akhir. Usaha tanpa tujuan akhir adalah sebuah kegilaan.
Berkaitan dengan ngerinya akibat dari salah jalan itu, suatu saat, dengan dikelilingi para sahabat, Nabi saw menggambar sebuah garis lurus di tanah. Lalu beliau juga menggambar garis-garis menyimpang di kiri-kanan garis lurus tersebut. Mirip duri ikan.
“ Garis tengah inilah jalan lurus (shirathal mustaim) dan garis-garis menyimpang inilah jalan sesat (dhall),” kata beliau.
Dengan gambar itu beliau hendak menjelaskan bahwa hanya ada dua jalan kehidupan. Yang pertama adalah jalan lurus. Jalan lurus ini disebut juga jalan tauhid. Sesiapa yang menempuh jalan ini akan mendapat hudan (yang artinya mengantarkan pada tujuan), seluruh amalnya menjadi haqq (nyata, bernilai) dan dianggap sebagai ‘ibadah (pengabdian ) kepada-Nya. Merekalah orang-orang yang diberi nikmat dari-Nya. Dan nikmat itu akan membuat mereka ridha ( puas). Mereka itulah orang-orang yang muflihun (beruntung). Yang kedua adalah jalan sesat. Jalan sesat ini disebut juga dengan jalan syirik. Sesiapa yang menempuh jalan ini akan dhall (yang artinya tidak sampai pada tujuan), seluruh amalnya menjadi bathil ( kosong, musnah) dan dianggap sebagai pembelotan kepada-Nya. Merekalah orang-orang yang sesat-menyesatkan dan dimurkai oleh-Nya. Kelak mereka akan mendapatkan hukuman yang membuat mereka menyesal dan menderita yang tidak berkesudahan. Mereka itulah orang-orang yang khasirun (merugi ).
Di lain kesempatan beliau bersabda,” Agama itu nasihat.”
Yang mendorong seseorang memberikan nasihat adalah rasa peduli atau bahkan cinta agar orang yang dinasehati tetap menjadi baik atau menjadi lebih baik. Tanpa rasa peduli atau cinta, maka agama akan kehilangan esensinya. Maka, jika telah ada orang-orang yang menghabiskan hidupnya sebagai penyeru (dai) untuk menasehati kaumnya agar mereka kembali ke jalan yang lurus dan istiqomah di jalan itu , tidakkah kita akan mendukungnya ?
AS. 04.2019.
Jakarta, 4.2019.