Sinergi Sedekah Motor Dakwah Bantu Mobilitas Dai di Pasangkayu
PASANGKAYU - Persaudaraan Dai Indonesia (Posdai) kembali menyalurkan bantuan armada dakwah untuk Ustadz Ambo Asrul Shahib yang mengabdi d...
PASANGKAYU - Persaudaraan Dai Indonesia (Posdai) kembali menyalurkan bantuan armada dakwah untuk Ustadz Ambo Asrul Shahib yang mengabdi di Desa Martajaya, Kabupaten Pasangkayu, Provinsi Sulawesi Barat.
Pembelian motor dilakukan di Dealer Resmi Honda Pos Penjualan Pasangkayu yang beralamat di Jalan Soekarno Pasangkayu, Dealer Resmi Honda Pos Penjualan Pasangkayu yang beralamat di Jalan Soekarno Pasangkayu didampingi Ust Ahmad Laut, perwakilan Posdai Sulteng, akhir bulan Februari lalu (21/2/2020).
Ust Asrul adalah dai yang terlahir di Kabupaten Sinjai. Dia dinikahkan dengan seorang santriwati yang bernama Nur Ninah Lampe Parallu pada tahun 1993 oleh pendiri Pondok Pesantren Darul Istiqomah Sinjai KH. Ahmad Marsuki Hasan. Ust asrul kini telah dikaruniai dua putra dan empat putri.
Asrul memulai debut dakwahnya pada tangga 5 Mei 1995 yang berangkat dari Kabupaten Sinjai bersama rombongan termasuk istri dan putra pertama yang masih berumur 2 tahun dengan izin dari pendiri Pondok Pesantren Darul Istiqomah.
Singkat cerita rombongan Asrul tiba di Dusun Petunggu yang waktu itu masih hutan belantara. Kata “Petunggu” ini, diartikan oleh rombongan “kapan datangnya pertolongan”, maka rombongan sendiri menjawab “mata nasrullah ala nasrallahi qorib”.
Disitulah mereka memasang tenda berlantaikan kayu sepihan bekas potongan censaw orang pedalaman selama 6 bulan bersama istri dan anaknya.
Hari demi hari telah dijalani, minggu demi minggu telah dilalui, rupanya di antara rombongan ada yang mulai putus asa. Tak pelak, muncul rasa putus asa. Satu-persatu akhirnya memutuskan untuk balik kanan, meninggalkan beliau dengan berbagai alasan.
Walapun banyak hambatan dan rintangan, semua itu tidak menjadi penghalang bagi Asrul sebagai seorang da’i. Dengan dibersamai sang istri yang setia mendampingi, ia tetap bertahan di sana.
Terus mengabdi
Pesan yang ditanamkan kepada dirinya bahwa dai adalah pengabdi masyarakat, Asrul pun memantapkan visinya untuk sepenuhnya mengabdi untuk desa Petunggu.
Ia lantas mulai melakukan pembinaan terutama bagi anak-anak kampung yang masih tertinggal dari kecakapan aksara Arab. Lambat laun, dia merintis Pendidikan Sekolah Dasar Kecil (SDK ) pada tahun 1997 yang kemudian disambut antusiasi oleh masyrakat dan disetujui aparat pemerintah setempat. Kini SDK dengan bantuan swadaya masyarakat ini sudah diganti menjadi SDN 25 Petunggu.
Tahun 1999 awal mula merintis Majelis Taklim mulai dari desa Martajaya yang beranggotakan 10 orang akhirnya bertambah menjadi 30 orang dan di antaranya ada beberapa muallaf (Hindu Bali) yang ikut serta bermajelis.
"Masyarakat memang benar-benar butuh bimbingan dan pendampingan untuk menguatkan aqidah," kata Ust Asrul.
Selain door to door yang tujuannya disamping menimbah ilmu dan juga bersilaturrahim, Asrul juga rutin mengisi materi ilmu Fiqih, Ahklak, tata cara shalat, Iqro dan juga tafsir Al Quran.
Di tahun 2000 Majelis Ta’lim mulai berkembang di Dusun Petunggu termasuk secara rutin mengisi kajian bina aqidah bagi warga di perumahan Pabrik PT Pasangkayu juga di Desa Ngovi Kabupaten Donggala dengan puluhan jamaah.
Asrul mengaku, di dalam menjalankan tugas sebagai da’i bukan pekerjaan mudah. Butuh waktu, tenaga, fikiran dan pengorbanan untuk meraih kesuksesan sebagai khairah ummah. Sungguh banyak rintangan menempuh jarak menuju tujuan itu.
"Luar biasa, dimana terkadang berjalan kaki bersama istri dan melewati semak-semak, jalan berlumpur, sungai, gunung. Semua itu tidak menjadi kendala untuk tugas ini. Terkadang pula di jemput oleh jamaah menggunakan roda dua," kisah Asrul.
Di samping menjadi seorang da’i tanpa honor, dia juga sebagai petani garap untuk menafkahi keluarganya. Itu tidak menjadi problem dalam keluarganya walaupun penghasilannya pas-pasan.
Untuk menunjang mobilitas dakwahnya, Asrul memasukkan anaknya ke Pondok Pesantren Hidayatullah Palu agar bisa lebih ada rasa aman ketika meninggalkan anak-anaknya berdakwah. Disanalah ia juga berkesempatan menimba ilmu dan pengalaman dakwah yang kemudian diterapkan pula ke Majelis Ta’lim dengan pembelajaran tahsin Al Quran Grand MBA sekarang ini.
Alhamdulillah, kini dakwah Asrul semakin tertopang dengan adanya kendaraan roda dua yang memungkinkan dirinya lebih gesit bergerak. Armada dakwah tersebut merupakan donasi dari komunitas Sedekah Motor Dakwah (SMD).
Asrul menyampaikan terimakasih kepada Sekeda Motor Dai (SMD) dan Posdai yang berkat sinergi ini memampukan dirinya untuk semakin memantapkan kegiatan dakwahnya di kawasan tersebut dengan adanya fasilitas armada dakwah. */Anchal
Pembelian motor dilakukan di Dealer Resmi Honda Pos Penjualan Pasangkayu yang beralamat di Jalan Soekarno Pasangkayu, Dealer Resmi Honda Pos Penjualan Pasangkayu yang beralamat di Jalan Soekarno Pasangkayu didampingi Ust Ahmad Laut, perwakilan Posdai Sulteng, akhir bulan Februari lalu (21/2/2020).
Ust Asrul adalah dai yang terlahir di Kabupaten Sinjai. Dia dinikahkan dengan seorang santriwati yang bernama Nur Ninah Lampe Parallu pada tahun 1993 oleh pendiri Pondok Pesantren Darul Istiqomah Sinjai KH. Ahmad Marsuki Hasan. Ust asrul kini telah dikaruniai dua putra dan empat putri.
Asrul memulai debut dakwahnya pada tangga 5 Mei 1995 yang berangkat dari Kabupaten Sinjai bersama rombongan termasuk istri dan putra pertama yang masih berumur 2 tahun dengan izin dari pendiri Pondok Pesantren Darul Istiqomah.
Singkat cerita rombongan Asrul tiba di Dusun Petunggu yang waktu itu masih hutan belantara. Kata “Petunggu” ini, diartikan oleh rombongan “kapan datangnya pertolongan”, maka rombongan sendiri menjawab “mata nasrullah ala nasrallahi qorib”.
Disitulah mereka memasang tenda berlantaikan kayu sepihan bekas potongan censaw orang pedalaman selama 6 bulan bersama istri dan anaknya.
Hari demi hari telah dijalani, minggu demi minggu telah dilalui, rupanya di antara rombongan ada yang mulai putus asa. Tak pelak, muncul rasa putus asa. Satu-persatu akhirnya memutuskan untuk balik kanan, meninggalkan beliau dengan berbagai alasan.
Walapun banyak hambatan dan rintangan, semua itu tidak menjadi penghalang bagi Asrul sebagai seorang da’i. Dengan dibersamai sang istri yang setia mendampingi, ia tetap bertahan di sana.
Terus mengabdi
Pesan yang ditanamkan kepada dirinya bahwa dai adalah pengabdi masyarakat, Asrul pun memantapkan visinya untuk sepenuhnya mengabdi untuk desa Petunggu.
Ia lantas mulai melakukan pembinaan terutama bagi anak-anak kampung yang masih tertinggal dari kecakapan aksara Arab. Lambat laun, dia merintis Pendidikan Sekolah Dasar Kecil (SDK ) pada tahun 1997 yang kemudian disambut antusiasi oleh masyrakat dan disetujui aparat pemerintah setempat. Kini SDK dengan bantuan swadaya masyarakat ini sudah diganti menjadi SDN 25 Petunggu.
Tahun 1999 awal mula merintis Majelis Taklim mulai dari desa Martajaya yang beranggotakan 10 orang akhirnya bertambah menjadi 30 orang dan di antaranya ada beberapa muallaf (Hindu Bali) yang ikut serta bermajelis.
"Masyarakat memang benar-benar butuh bimbingan dan pendampingan untuk menguatkan aqidah," kata Ust Asrul.
Selain door to door yang tujuannya disamping menimbah ilmu dan juga bersilaturrahim, Asrul juga rutin mengisi materi ilmu Fiqih, Ahklak, tata cara shalat, Iqro dan juga tafsir Al Quran.
Di tahun 2000 Majelis Ta’lim mulai berkembang di Dusun Petunggu termasuk secara rutin mengisi kajian bina aqidah bagi warga di perumahan Pabrik PT Pasangkayu juga di Desa Ngovi Kabupaten Donggala dengan puluhan jamaah.
Asrul mengaku, di dalam menjalankan tugas sebagai da’i bukan pekerjaan mudah. Butuh waktu, tenaga, fikiran dan pengorbanan untuk meraih kesuksesan sebagai khairah ummah. Sungguh banyak rintangan menempuh jarak menuju tujuan itu.
"Luar biasa, dimana terkadang berjalan kaki bersama istri dan melewati semak-semak, jalan berlumpur, sungai, gunung. Semua itu tidak menjadi kendala untuk tugas ini. Terkadang pula di jemput oleh jamaah menggunakan roda dua," kisah Asrul.
Di samping menjadi seorang da’i tanpa honor, dia juga sebagai petani garap untuk menafkahi keluarganya. Itu tidak menjadi problem dalam keluarganya walaupun penghasilannya pas-pasan.
Untuk menunjang mobilitas dakwahnya, Asrul memasukkan anaknya ke Pondok Pesantren Hidayatullah Palu agar bisa lebih ada rasa aman ketika meninggalkan anak-anaknya berdakwah. Disanalah ia juga berkesempatan menimba ilmu dan pengalaman dakwah yang kemudian diterapkan pula ke Majelis Ta’lim dengan pembelajaran tahsin Al Quran Grand MBA sekarang ini.
Alhamdulillah, kini dakwah Asrul semakin tertopang dengan adanya kendaraan roda dua yang memungkinkan dirinya lebih gesit bergerak. Armada dakwah tersebut merupakan donasi dari komunitas Sedekah Motor Dakwah (SMD).
Asrul menyampaikan terimakasih kepada Sekeda Motor Dai (SMD) dan Posdai yang berkat sinergi ini memampukan dirinya untuk semakin memantapkan kegiatan dakwahnya di kawasan tersebut dengan adanya fasilitas armada dakwah. */Anchal