Dibersamai sang Istri, Ust Ripaldi Mengabdi di Kawasan Minoritas
TORAJA UTARA - Dimana bumi dipijak disitulah dakwah dijunjung. Adagium ini tepat rasanya untuk menggambarkan kiprah yang telah dilakoni anak muda ini. Namanya Ripaldi Abdullah. Kini ia mengabdi sebagai dai di sebuah kawasan pedalaman di Kabupaten Toraja Utara.
Oleh masyarakat binaan dan anak-anak murid ngajinya, ia selau dipanggil Pak Ustadz. Namun Ripaldi sendiri merasa belum layak untuk meyandang gelar tersebut karena sadar diri hanya manusia biasa yang amat terbatas dan masih harus terus belajar.
"Dakwah merupakan salah satu mainstream dari gerakan dimana gerakan gerakan tersebut merupakan manifestasi iman seseorang dalam dimensi kehidupannya," kata Ripaldi dalam obrolannya dengan media ini melalui saluran gawai.
Oleh karenanya, dia melanjutkan, dakwah haruslah melekat dalam pribadi seseorang baik itu laki-laki maupun perempuan. Ia pun demikian, ia sadar masih amat terbatas dari sisi ilmu pengetahuan. Namun, karena panggilan dakwah memanggil, ia pun memilih terjun mengabdi ke masyarakat dengan bekal yang dimiliki selama menjadi santri.
"Kewajiban bagi setiap muslim dalam berdakwah merupakan beban yang harus diemban sesuai dengan kadar kemampuan yang ada pada diri mereka," kata Ripaldi yang amat sukar dihubungi ini karena harus mengatur waktu dan mencari lokasi yang pas agar bisa mendapatkan jaringan sinyal.
Redaksi sendiri baru mendapatkan balasan obrolan setelah hampir sepekan kiriman pertanyaan dikirimkan. "Sinyal susah di sini bang," begitu balasnya beberapa waktu lalu.
Ripaldi dai yang tak pilih pilih tempat tugas. Dimanapun ditugaskan dia berangkat. "Dengan semangat menegakkan kalimat Tauhid Laa Ilaha Illallah di bumi Allah, maka siap kemudian di terjunkan ke gelanggang," katanya.
Itulah prinsip yang tertanam dalam diri seorang Ripaldi, yang berdakwah kapan dan dimana pun ditugaskan dengan segala keterbatasannya.
Sebelum memulai debut di Toraja Utara, Ripaldi mempunyai jejak historis dalam pembinaan di berbagai daerah terkhusus di Sulawesi Selatan.
Beberapa daerah yang beliau pernah tempati diantaranya Kabupaten Barru. Di daerah bekas daerah kerajaan Beru ini, Ripaldi melakukan pembinaan anak anak terlantar di kampus perintisan pada saat itu.
Dia juga pernah melakukan pembinaan di Bungadidi, Luwu Utara dengan mengisi taklim taklim di masjid pelosok.
Ia kemudian bergeser di perkotaan yakni Makassar. Rupa-rupanya dia tidak lama di perkotaan, ia lantas diterjunkan ke daerah pesisir, yakni di kepulauan Selayar.
Tentu bukan perkara sederhana bertugas di kepulauan. Di Selayar kepulauan Ripaldi membina masyarakat di daerah pesisir. Karena daerah yang membutuhkan pembinaan bertambah, dia mencoba mencicil sebuah motor untuk menunjang mobilitas dakwahnya.
Sudah mulai agak stabil di Selayar, Ripaldi kembali mendapat tempat tugas baru. Kali ini tempat yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya yaitu di Toraja.
Dikirimnya Ripaldi ke sana karena sesuatu yang urgen dan mendesak untuk segera dilaksanakannya pembinaan di daerah minoritas Islam tersebut.
Setelah melakukan silaturrahim ke berbagai pihak, dakwah Ripaldi pun bersambut dengan adanya pinjaman rumah dari salah seorang simpatisan. Rumah tersebut akan dijadikan rumah mengaji (Rumah Qur'an).
"Dengan tugas di daerah minoritas muslim bisa meningkatkan spiritualitasnya dan menambah amal jariyahnya," tuturnya.
Ripaldi diterjunkan ke gelanggang dakwah di Toraja Utara ditemani oleh istri tercinta, Ririn Antika dan seorang anak buah hati mereka yang masih belia, Rania Sheza Azzahra yang berusia 1,5 tahun.
"Semoga Allah SWT, selalu memberikan Taufik dan 'inayah-Nya kepada hamba-Nya yang senantiasa menegakkan kalimat Laa Ilaha Illallah," pungkas pria murah senyum ini menutup obrolan. (ybh/hio)