Haru Ustadz Tasnim Mengabdi sebagai Guru di Pedalaman Ngada
NGADA - Lelaki berbaju koko dan berkopiah itu tak mampu menyembunyikan keharuan yang menyeruak tiba tiba. "Saya bicara ini dari hati betul," katanya dengan suara bergetar. Tatapannya tertahan dan sembab karena linangan air mata.
Namanya Ustadz Tasnim. Dia adalah pengurus Pesantren Hidayatullah Desa Sambinasi Barat, Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada, Provinsi NusaTenggara Timur (NTT).
Saat kami temui, ia sedang mengajar anak anak santrinya di sebuah bangunan yang amat sederhana di komplek pesantren di pedalaman Ngada itu. Usai mengajar, ia meninjau pembangunan masjid yang tengah berlangsung. Sudah masuk proses pembangunan pondasi.
"Kita sangat ingin sekali agar pondok ini bisa berjalan supaya kedepan anak anak bisa kita bentengi dengan ilmu agama," kata putra asli Flores ini.
Ustadz Tasnim paham betul beratnya tantangan mendidik di masa seperti sekarang ini. Hal itu tidak saja dirasakan oleh masyarakat perkotaan tetapi juga hingga di desa desa. Terutama tantangan pendangkalan aqidah.
Oleh sebab itu, Ustadz Tasnim tidak berhenti bergerak. Dia tak lelah berhimpun dengan masyarakat dan menguatkan silaturrahim. Tokoh tokoh masyarakat ditemui seraya ia menyampaikan insiatifnya untuk membangun pesantren sebagai benteng aqidah umat Islam.
Alhamdulillah gayung pun bersambut. Dalam rangka membentengi akidah umat dari berbagai infiltrasi idelologi yang menyimpang, masyarakat Ngada melalui lembaga pemangku adat adat mewakafkan lahannya untuk mebangun pesantren sebagai wadah dalam membangun generasi yang unggul.
Pesantren ini dibangun sejak tahun 2017 melalu surat keputusan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ngada. "Alhamdulillah kita diberikan izin untuk menyelenggarakan pesantren. Pengurus pesantren tentu sangat menjaga amanah umat ini agar bisa dijalankan secara baik," kata Tasnim.
Tasnim menyampaikan terimakasih karena lahan ini diwakafkan dan diamanahkan oleh umat untuk membangun generasi Islam di daerah ini menjadi lebih baik.
Di kawasan kini sudah ada beberapa bangunan yang mulai berdiri atas partisipasi dari berbagai pihak. Diantara bangunan tersebut adalah masjid yang saat ini progres masih 30 persen dan belum dilanjutkan karen kurangnya biaya pembangunan.
"Kami perlu berterusterang bahwa untuk menjalanakan pondok ini tentu tidak mudah, ada banyak tantangan yang kami hadapi," ujar Tasnim sambil menunjuk beberapa titik yang menjadi proyeksi pembagunan asrama dan lokal pendidikan.
Tasnim mengakui, pihaknya tak punya daya yang memadai untuk terus menguatkan dakwah di kawasan. Ada keterbatasan di sana sini. Namun, ia tidak pernah menyerah. Dia yakin, Allah SWT akan menurunkan bantuannya melalui jalan yang tak disangka sangka.
Dia mengatakan, bantuan dari berbagai pihak untuk menyelenggarakan pondok ini tentu sangat diharapkan. "Apa lagi saat ini kita memang belum bisa menampung santri karena kita belum memiliki gedung asrama," ujarnya.
Karena kendala tersebut, para santri hanya mengikuti kegiatan madrasah yang terintegrasi dengan kegiatan pondok di pagi sampai siang hari. "Mereka harus pulang ke rumah mereka masing-masing karena kita belum memiliki fasilitas asrama untuk menampung mereka," tukasnya.
Di sisi lain, Tasnim mengaku cemas dengan gaya pergaulan dan berbagai pengaruh negatif yang dapat memapar generasi muda tersebut. Sehingga, terangnya, adanya asrama santri diharapkan akan kian memantapkan pembinaan santri secara intensif.
"Alhamdulillah kerisauan kami ini terjawab atas bantuan umat melalu PosDai yang telah membantu kami untuk memulai pembangunan tahap pertama asrama santri ini," kata pria murah senyum ini.
Harapannya, pembangunan asrama ini bisa segera selesai dalam waktu dekat sehingga penyelenggaraan pondok dapat berjalan dengan baik dan optimal untuk lahirnya generasi umat yang insan kamil. "Apalagi ini adalah pesantren satu-satunya di Kabupaten Ngada," katanya.
Dia berharap dalam waktu dekat bisa segera terselenggara kegiatan pembinaan yang lebih masif dan berkualitas sejalan dengan kehadiran asrama santri agar mereka dapat menjalankan kegiatan kepesantrenan secara utuh bersama para ustadz dan ustadzah di pesantren ini.
Sejujurnya, kata Ustadz Tasnim, keberadaan Pessantren Hidayatullah ini sudah menjadi kerinduan masyarakat muslim pedalaman Ngada dimana di waktu yang sama masyarakat tengah menghadapi rintangan kependidikan era normal baru (new normal) sejak awal pandemi.
"Kemajuan itu ada sisi positif dan negatifnya yang tidak mudah kita bendung, oleh sebab itu perlunya imunitas diri untuk membentengi diri kita, saya kira itu yang perlu dan bisa kita lakukan," ujar ayah 2 anak ini.
Dari pantauan, kawasan bentangan alam di sekitar pondok pesantren ini terbilang eksotik. Itulah sebabnya pemerintah Provinsi NTT disebut akan menjadikan kawasan ini sebagai salah satu tujuan destinasi wisata.
Tasnim mengatakan Pesantren Hidayatullah Ngada ini akan menjadi ciri khas tersendiri di kawasan wisata tersebut. Segala hal baik dan buruknya tentu ada. Olehnya, pesantren ini diharapkan bisa membentengi generasi kita dengan pendidikan agama.
"Ini semua bisa kita wujudkan jika program ini bisa mendapatkan dukungan dari berbagai pihak khususnya dalam pengadaan fasilitas dan sarana di pesantren ini, sehingga kita semua biasa menajawab semua tantangan itu," katanya.
Menurut Ustadz Tasnim, pendidikan dengan metode berasrama (boarding school) adalah metode yang paling baik, sebab pendidik bisa memantau dan memastikan keamanan apa saja yang mereka lakukan.
"Untuk menjaga semua itu maka asramalah solusinya agar para siswa dapat dikontrol oleh ustadz dan ustadzahnya," imbuhnya.
Salah seorang tokoh sesepuh di Desa Sambinasi Barat, Ibrahim Malik, mengatakan bahwa dirinya sangat mengharapkan ada perubahan besar di desanya sehingga kehadirn Pesantren Hidayaytullah adalah hal yang sang dirindukannya selama ini.
"Kondisi umat di daerah kami ini pemahaman agamanya masih sangat minim, sehingga kehadiran pondok ini menjadi jawaban yang luarbiasa," kata Ibrahim.
Ibrahim menyebutkan bahwa kehadiran pondok ini memberikan pengaruh positif yang luarbiasa kepada anaknya yang bersekolah di Pesantren Hidayatullah tersebut. (zain/nun)