Ikhtiar Dakwah Ustadz Ma'ruf, Teguh Menebar Kebajikan di Mana Saja
DAKWAH adalah menyampaikan risalah Islam. Namun, tak mungkin Islam disampaikan kalau belum dirasakan. Karena itu, berdakwah adalah menyelami Islam, menikmati, dan menebarkan kebajikan di dalamnya.
Ungkapan itulah yang menjadi cemeti bagi Ust Muhammad Ma'ruf. Pria kelahiran Palembang, Sumatera Selatan, ini pernah ditugaskan berdakwah di sejumalh daerah.
"Tugas pertama di Lhoukseumawe Aceh Utara," kata Ma'ruf bercerita dalam obrolan dengan redaksi Posdai.or.id beberapa waktu lalu.
Ma'ruf adalah anak kampung yang tumbuh bdan besar di sebuah desa di pedalaman Palembang. Sebagaimana umumnya orang kampung, masa kecilnya pun ia habiskan dengan bermain bersama teman teman.
Selain ke ladang bersama orangtua, Ma'ruf juga rajin ikut kegiatan mengaji Al Quran dengan seorang guru kampung. Bulan Ramadhan selalu menjadi momen yang ditunggu tunggu.
Barulah ketika menginjak usia SMP, Ma'ruf diantar ayahnya masuk ke Pesantren Hidayatullah Palembang pada tahun 1994.
Hingga tahun 1997, Ma'ruf pun memulai debut penugasan yang menjadi tradisi dakwah Hidayatullah. Pada tahun tersebut, Ma'ruf untuk kali pertama diterjunkan ke Lhokseumawe, Aceh Utara.
"Awalnya sempat ragu, apalagi kan masih muda. Masih banyak godaan. Tapi, bismillah, akhirnya berangkat," kata Ma'ruf penyuka olahraga tenis ini mengenang.
Di Lhokseumawe, Ma'ruf menjadi salah satu tenaga muda yang sangat diandalkan. Di daerah ini ia diperbantukan menemani Ust Imam untuk perintisan dakwah di Banda Aceh tepatnya di Lhoknga.
"Tugas di Aceh sampai tahun 1998," kata dai yang hobi mancing ini. Pada tahun tersebut, Ma'ruf ditarik kembali ke Palembang. Namun, hanya 2 tahun di Bumi Sriwijaya, Ma'ruf lantas kembali dikirim ke Jawa dalam rangka tugas belajar.
Usai menuntaskan pendidikannya, akhir tahun 2003, bukannya kembali ke kampung halaman. Ma'ruf malahan mendapat amanah baru yang mengharuskan dirinya menetap di Jawa. Ma'ruf ditugaskan membantu perintisan Hidayatullah Cepu, Blora hingga tahun 2021.
Muhammad Ma'ruf dan kawan kawannya saat masih menjadi santri Di Hidayatullah Cabang Palembang (Foto: Istimewa/ Posdai.or.id) |
Ma'ruf pun akhirnya ditakdirkan pula menikah di pulau ini dengan mempersunting seorang gadis Jawa yang anggun bernama Qurrotaa'yun. Dari pernikahan tersebut, melahirkan buah cinta Muhammad Faiz Al-Muharrom (kelas 1 SMK), Muhammad Fari Ramadhan (kelas 2 SMP ), Muhammad Fatih Al-Hafidzh (kelas 3 SD), dan Farah Hafizah Mumtaza (usia 3 tahun).
Seperti tak ada rasa lelah mengabdi. Pada bulan Agustus 2021, Ma'ruf kembali harus berpindah tugas. Anak keempat dari 7 bersaudara ini mendapat amanah baru untuk Mmerintis di Demak hingga sampai saat ini.
"Saat ini yang kita kerjakan tahapannya masih masih sosialisasi, silaturrahim ke tokoh agama dan masyarakat. Alhamdulillah sudah launching Rumah Qur'an walaupun belum berjalan optimal," kata Ma'ruf.
Sebagaimana namanya, Ma'ruf memiliki motto terus menyebarkan Islam dalam bingkai dakwah kebajikan. Dia mengatakan, dakwah membutuhkan tidak saja kecakapan ilmu, tetapi lebih dari itu, menempatkan Allah SWT sebagai orientasi nomor satu. Bukan yang lain.
"Siapa yang berdakwah, maka pasti akan ditolong oleh Allah," kata Ma'ruf sambil mengutip Al Qura surah Muhammad ayat 7: Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
Bukannya tanpa rintangan. Ma'ruf bahkan menghadapi beragam sambutan yang bisa saja bikin cemas bahkan berpikir untuk meninggalkan tugas dakwah. Betapa tidak, ia pernah dianggap membawa ajaran baru bahkan dituding menciptakan keresahan.
"Saat di Lhoknga, Aceh, pernah diusir. Di tempat tugas lain, saya didibilangin bento atau gila karena katanya tidak realistis," katanya mengenang.
Bukan hanya harus berhadapan dengan beragama karakter manusia di berbagai daerah yang berbeda, Ma'ruf pun seringkali menghadapi kendala klasik seperti ketersediaan dana untuk kebutuhan sehari hari seperti untuk keperluan akomodasi perjalanan.
"Ketika ditugaskan untuk perintisan dakwah di Cepu, Blora, hanya dibekali uang 300 ribu untuk 3 orang," kisahnya.
Kendati demikian, Ma'ruf tetap tegak lurus. Dia terus berjalan ke depan, alih alih menyerah dan balik kanan. Dia meyakini bahwa dalam setiap kesusahan dan kepayahan pasti ada kemudahan dan kegembiraan. Kuncinya, menurut dia, adalah kesabaran.
"Tingkatkan kesabaran karena sesungguhnya Allah bersama orang orang yang sabar. Terus menebar kebaikan di mana saja berada," kata Ma'ruf menungkapkan kiatnya dalam mengarungi jalan dakwah ini.*/Ain