Dakwah Ustadz Abdul Rahim Membangun Kembali Rumah yang Roboh - Persaudaraan Dai Indonesia | Bersama Dai Membangun Negeri | Posdai.or.id

Senin, 27 Juni 2022

Dakwah Ustadz Abdul Rahim Membangun Kembali Rumah yang Roboh

Ust Abdul Rahim (bersorban di pundak) usai menjadi khatib Jum'at di salah satu masjid di Pulau Seram Timur (Foto: Istimewa/ Posdai.or.id...

Ust Abdul Rahim (bersorban di pundak) usai menjadi khatib Jum'at di salah satu masjid di Pulau Seram Timur (Foto: Istimewa/ Posdai.or.id)



"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik"

Al Quran surah Ali 'Imran ayat 110 di atas dihafal oleh Abdul Rahim. Bukan saja dihafal, ia pun meyakini betul ayat tersebut sebagai perintah untuk berdakwah bagi setiap orang muslim. Ia pun terjun ke medan tugas dakwah berbekal ayat tersebut. 

Abdul Rahim hanyalah lulusan Sekolah Dasar. Keterbatasan ekonomi membuatnya tak sempat mencicipi bangku pendidikan wajib 9 tahun. Namun, ia tak pernah berhenti belajar dengan terjun langsung ke alam. 

Berbagai tugas dakwah dia jalani. Modalnya adalah keberanian dan keyakinan akan pertolongan Allah SWT. Suami Mahmudah dan ayah dari 8 orang anak ini punya satu tips agar selalu semangat.

"Selalu ingat kematian," kata Abdul Rohim dalam obrolan dengan media Posdai ini beberapa waktu lalu, ketika ditanyakakan apa yang menjadi kiatnya sehingga selalu bersemangat menyambut penugasan dakwah. 

Bagi Rohim, dengan mengingat kematian, akan mendorong diri untuk mempersiapkan hal tersebut dengan berupaya berbuat baik sebanyak banyaknya. 

"Karena hanya amal kebaikan modal kita untuk selamat di akhirat. Tetap semangat, yakinlah dengan pertolongan Allah, intanshurullah yanshurkum wa yutsabbit aqdamakum," katanya melanjutkan.

Kegiatan mengaji anak anak di rumah kediaman Ust Abdul Rohim

 

Debut Dakwah

Rohim memulai debut dakwahnya secara natural. Ia tak pernah membayangkan sebelumnya jika kemudian ia terjun ke medan dakwah bertemu masyarakat yang membutuhkan siraman rohani dan bimbingan Islam. 

Awalnya, di tahun 1999, Rohim berkenalan dengan Hidayatullah lewat majalah bekas Suara Hidayatullah yang di dikoleksi seorang tetangganya di Maluku. 

Pasca kerusuhan horisontal tahun 2000, Rohim diminta oleh pengasuh Hidayatullah cabang Masohi agar mendampingi santri santri belia berangkat ke Pesantren Hidayatullah Bontang untuk melanjutkan pendidikan mereka.

Meski Rohim sendiri tak sempat sekolah, ia memiliki perhatian yang amat tinggi terhadap kelanjutan masa depan kualitas generasi muda. Ia pun mendampingi anak anak santri yang jumlahnya belasan tersebut untuk menempuh pendidikan di Bontang. 

Ia tak bisa langsung kembali ke Maluku. Jadwal kapal belum jelas, kondisi pasca konflik juga masih belum stabil. Di sisi lain, duit di kantong juga tinggal beberapa lembar yang hanya cukup untuk makan. Akhirnya, Rohim pun diminta tinggal beberapa waktu di Bontang.

Aktifitas perintisan dakwah di Seram Timur

Tak terasa, ia sudah berjalan 1 tahun di Bontang. Tak lama setelah itu, Rohim diikutkan nikah massal 3 pasang di Sangatta, Kabupaten Kutai Timur. Tak lama usai menikah dan menikmati bulan madu bersama sang istri, Rohim ditugaskan melakukan perintisan unit usaha perkebunan lada di bilangan Kilometer 40 yang berlokasi di jalan poros Samarinda-Bontang. 

Selanjutnya, tahun 2007 Rohim ditugaskan kembali di Masohi membantu Ustadz Abdul Kadir Abdullah, untuk membangun kembali Ponpes Hidayatullah Masohi yang rata dengan tanah karena terbakar imbas kerusuhan tahun 1999 itu. 

Setelah membangun fasilitas yang cukup dengan amal usaha pendidikan tingkat TK dan SD yang berjalan selama 9 tahun, tahun 2006 kembali Rohim ditugaskan ke Hidayatullah Pulau Buru untuk membantu dakwah rekannya Ustadz Anto yang telah bertugas di sana selama 8 tahun.

Tugas di Pulau Buru ini sangat berkesan bagi Rohim karena ia berangkat dengan istri yang sedang hamil tua beserta 5 orang anak yang masih kecil yang menyebrang laut dengan feri ke Pulau Buru tanpa diberi ongkos.

"Dan Alhamdulillah, Qadarullah, waktu pembayaran tiket uang saya tidak ada. Tak ada uang sepersen pun yang tersisa di dompet," katanya. Dengan kuasa Allah SWT, Rohim dan istri beserta anak-anaknya dapat turun ke pelabuhan tanpa membayar apapun.

Lebih memprihatinkan lagi, sebab kembali harus melanjutkan perjalanan selama 3 hari dengan kondisi sang istri sedang hamil besar. Setiba di tempat tugas yang baru itu, istrinya langsung melahirkan.

"Persalinan berjalan lancar walaupun yang menangani persalinan saya sendiri dengan penerangan lampu senter hape Cina," katanya sambil tertawa mengenang momen tak terlupakan itu. 

Di Pulau Buru dakwah dan pembinaan umat dilakukan. Berjalan 2 tahun di sini, pembangunan mushala Ponpes Hidayatullah Pulau Buru sudah dapat digunakan bersama masyarakat dan telah rampung sekira 90 persen pengerjaan. 

Tak lama setelah itu, Rohim kembali mendapat tugas baru untuk melakukan perintisan di Kota Terpadu Mandiri (KTM) di kawasan transmigrasi Kobi, sebuah tempat persiapan Kota Terpadu Mandiri.

Di Kobi, Rohim didampingi sang istri yang setia membersamai dalam setiap likaliku dakwahnya. Dia ditugaskan untuk mengaktifkan bangunan Islamic Center berupa 1 masjid, asrama 32 kamar, dan 2 unit aula. 

Alhamdulillah, dia amat bersyukur. Setelah berjalan 1 tahun ia di sana, kegiatan pesantren mulai berjalan. Ia pun terbantu dengan adanya petugas dai/ daiyah yang dikirim datang dari Batam dan Balikpapan.

Karena sibuk mengurus dakwah, Rohim nyaris melupakan pendidikan anak anaknya. Oleh sebab itu, karena pertimbangan anak anaknya yang terancam putus sekolah, ia pun kembali ke Hidayatullah Masohi.

Baru kemudian akhir tahun 2021, Rohim ditugaskan kembali merintis di Kabupaten Seram bagian timur. Disini ada tanah 4 hektar untuk pesantren yang posisinya dekat dengan kota yang nantinya menjadi pusat dakwah di kawasan itu. 

Awal mula tiba di Seram Timur ini, ia beserta keluarga numpang di rumah salah seorang warga. Program pertamanya adalah membangun asrama dan mushala untuk kegiatan pembinaan.

Bagian dapur yang menjadi tempat tinggal Ust Rohim dan keluarga

Akan tetapi, Qadarullah, asrama yang belum rampung dibangun tiba tiba roboh saat musim angin kencang di akhir bulan Desember 2021. 

Alhamdulillah, meski kondisinya masih amat terbatas, Ustadz Rohim dan istri dapat menjalankan pembinaan masyarakat seperti baca Al Qur'an dan majelis taklim. Masyarakat setempat pun menyambut antusias dan berharap anak anak kampung itu dapat menjadi generasi Islam Islam berkualitas di masa depan. 

Ujian dakwah yang dihadapi Ustadz Rohim belum selesai. Meski serba terbatas, ia amat menikmati tugas pengabdian dakwah keumatan tersebut. Sekarang tinggal di lokasi Ponpes Hidayatullah Seram Timur itu bersama istri, dan 5 orang anak, di sebuah bagunan 3 kali 3 bekas puing-puing asrama yang roboh itu.

Kondisi di Seram Timur kembali mengingatkan Ustadz Rohim dengan tempat tugas dia sebelumnya di Masohi, dimana kawasan itu rata dengan tanah karena konflik horizontal. Kini ia kembali berjuang untuk mendirikan kembali asrama yang roboh itu, untuk selanjutnya menjadi swaka generasi Islam yang cerah di masa depan.*/Ainuddin Chalik

Mitra

Sinergi adalah energi kita, terus berpadu dalam langkah nyata

  • Bersama Dai Bangun Negeri
  • Save Indonesia with Quran, ajak masyarakat hidupkan al-Quran
  • Menjadi dai perekat ukhuwah islamiyah dan ukhuwan insaniyah
  • Keswadayaan bersama mengemban amanah dakwah majukan negeri