Perjuangan Hantarkan Hewan Qurban untuk Muallaf Suku Wana
MOROWALI UTARA - Kegembiraan perayaan Hari Raya Idul Adha yang dibarengi dengan ibadah qurban selalu memiliki cerita menarik. Bukan saja tentang hewan qurban yang unik dengan beragam tingkahnya, tetapi juga banyak cerita haru bagaimana hewan qurban akhirnya dapat dinikmati juga oleh saudara saudara kita di pedalaman khususnya para muallaf.
Hal itulah yang dirasakan oleh para muallaf Suku Wana di pedalaman nan jauh di Fatu Marando, Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah.
Perjuangan menghantarkan hewan qurban ke kawasan terisolir Marando butuh perjuangan keras karena dengan medan jalan yang rusak parah. Belum lagi cuaca sebelum pelaksanaan maupun setelah pelaksanaan qurban dari awal hingga hari ketiga diiringi guyuran hujan.
Ditengah detik-detik penetapan dan penentuan jumlah hewan kurban yang akan didistribusikan untuk pedalaman Wana dan sekitarnya, hujan terus turun dari pagi hingga malam lagi.
Kendati harus berhadapan dengan akses yang tidak mudah karena curah hujan yang tak mereda, Ketua Posdai Dai Sulteng, Ustadz Abdul Muhaimin, yang memimpin ekspedisi perjalanan untuk penyaluran Qurban Dakwah Posdai ini tetap semangat.
Hujan tidak menjadi penghalang bagi tim pelaksana kurban pedalaman Posdai Sulawesi Tengah ini. Mereka terus mengawal pelaksanaan ibadah Idul Adha hingga pemotongan dan pendistribusian daging kurban di kampung mualaf suku Wana.
Jelang lebaran, curah hujan semakin intens. Jalan ke lokasi pun berlumpur parah. Tekad sudah bulat, pelaksanaan qurban di daerah pedalaman Fatu Marando harus tetap berjalan. Abdul Muhaimin pun bersiasat dengan membagi personil menjadi 2 tim.
Dia meminta Ustadz Tasbi selaku imam kampung mualaf Suku Wana agar mengawal prosesi ibadah Idul Adha. Sedangkan Ustadz Eli Herliawan dan tim diminta melakukan pencarian sapi untuk dibeli dan selanjutnya dibawa ke lokasi.
"Kebetulan di kampung Fatumarando belum ada warga yang berternak sapi. Kita berbagi tugas agar pelaksanaanya tepat waktu," kata Abdul Muhaimin kepada media center Posdai beberapa waktu lalu.
Tim ekspedisi sudah bergerak dari Kolonodale, di waktu yang sama intensitas hujan siklonal masih turun dengan durasi yang manja. Tim pelaksana kurban Posdai Sulteng ini nekat menerjang jalanan tanah merah licin dan berlumpur bak bubur itu agar amanah terlaksana sesuai dengan harapan para pekurban.
Sepanjang perjalanan menuju Fatu Marando ini kerap dihinggapi rasa harap-harap cemas, karena 6 motor yang ditumpangi harus berjibaku dengan lumpur dibarengi guyuran hujan hingga 10 jam.
Karena medan jalan yang berat itu, sebagian motor mengalami kendala mulai pecah laher belakang (bearing roda), putus rantai, operan persneling patah dihantam bebatuan, hingga harus berkali-kali memasang kampas rem yang habis dalam hitungan menit karena terjalnya medan.
Apa yang dialami rombongan diaminkan oleh Uwa Coim yang sudah sering turun naik di kawasan itu. Kepala tukang pembangunan rumah bagi para mualaf ini selalu turun naik pegunungan melewati jalanan berlumpur itu.
Uwa Coim harus turun naik melewati jalan bertanah liat itu setiap kali ia kehabisan bahan bakar mesin pemotong kayu (chainsaw) dan genset penunjang pekerjaan penambahan pembangunan rumah muallaf suku Wana dari 23 unit menjadi 100 unit.
Perjalanan tim ekspedisi Qurban Dakwah Posdai menyusuri jalanan berlumpur, menanjak berair, bebatuan, melewati beberapa sungai kurang lebih 45 kilo meter yang dilakukan sejak tanggal 8 Juli 2022 siang, akhirnya tiba di desa pertama pada tanggal tanggal 9 Juli 2022 malam hari.
Tim dibagi dua agar pelaksanaan tidak terlambat. Satu tim berangkat lebih dulu untuk mengawal ibadah di desa dan 1 tim lainnya mencari sapi di desa sebelah. "Sapi dibawa dengan cara dituntun, ini sebenarnya yang membuat perjalanan lama," kata Abdul Muhaimin.
Pelaksanaan pemotongan hewan qurban di Fatu Marando dilakukan pada hari Senin, 11 Juli 2022 (12 Dzulhijjah 1443). Daging qurban tidak hanya diberikan untuk para mualaf di Desa Fatu Marando saja sebagai penguatan dakwah yang telah berjalan.
"Daging qurban juga diberikan kepada saudara non muslim yang membutuhkan sebagai perhatian dari sisi kemanusiaan dan membuktikan bahwa Islam itu sebagai rahmatan lil'alamin," kata Abdul Muhaimin.*/Ain/Fathun Mubin