Spirit Posdai Mengisi Kemerdekaan untuk Majukan Dakwah
KINI kita kembali memasuki bulan Agustus yang selalu istimewa. Jalanan dan bangunan dihias dengan bendera dan umbul umbul merah putih untuk menyemarakkan hari kemerdekaan yang jatuh pada tanggal 17 bulan Agustus.
Memperingati kemerdekaan adalah hal lumrah sebagai bentuk kesyukuran atas perjuangan para pahlawan yang telah membebaskan Indonesia dari penjajahan. Persaudaraan Dai Indonesia (Posdai) pun turut memperingatinya.
Tentu kita bisa membayangkan betapa berat dan sukarnya perjuangan para pahlawan mengangkat senjata, bergerilya, berdiplomasi, berpolitik, dan juga bersiasat untuk melawan penjajah. Dan, kini sudah merasakah jerih payah itu. Penjajah terusir. Indonesia berhasil menjadi bangsa dan negeri yang merdeka.
Namun, ada tantangan yang tidak ringan setelah kita merdeka, yakni bagaimana mengisi kemerdakaan dengan sebaik baiknya sebagaimana spirit yang diwariska pendiri bangsa (the founding father).
Salah satu bentuk perjuangan para pahlawan yang perlu kita teladanai adalah dalam bidang pendidikan. Kita ingat betapa heroiknya kisah Kiai Ahmad Dahlan sang pendiri Muhammadiyah dalam mengembangkan pendidikan untuk pribumi.
Dengan kerja kerasnya dan semangatnya yang kian membuncah sekembali dari Tanah Suci, Kiai Ahmad Dahlan berhasil menghadirkan akses pendidikan yang memadai sehingga pendidikan tidak eksklusif yang hanya dienyam oleh kalangan priyayi.
Kita juga tahu bagaimana sulitnya umat Islam pada zaman dahulu yang memiliki keterbatasan pengetahuan tentang agamanya. Kondisi semacam ini akhirnya membuat RA Kartini menanyakan hukum orang yang berilmu namun menyembunyikan ilmunya kepada Ki Soleh Darat.
Dikarenakan keterbatasan akses kepada Al-Qur’an sehingga membuat RA Kartini merasakan getaran hebat saat mengikuti kajian tafsir dari Ki Soleh Darat.
Akhirnya, hal tersebut mendorong Ki Soleh Darat menuliskan tafsir Al-Qur’an yang lantas dihadiahkan kepada RA Kartini sebagai hadiah pernikahan.
Terus Mengisi Kemerdekaan
Kembali pada masa-masa saat ini, masa dimana kita memiliki peran dan tanggung jawab untuk mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan.
Alhamdulillah, patut disyukuri pendidikan di negara kita kian hari kian baik dengan banyaknya peran dari berbagai pihak untuk memajukannya.
Salah satu peran mengisi kemerdekaan itu juga dilakukan oleh PosDai dengan menghadirkan perguruan Islam bernama Sekolah Dai dalam rangka merawat dakwah sebagai pekerjaan sepanjang masa (lifetime).
Sekolah Dai program yang dijalankan PosDai dalam mendidik, mengkader, dan memantapkan kapasitas calon dai untuk kemudian disebar keberbagai wilayah di Tanah Air.
Ikhtiar Sekolah Dai yang dijalankan ini tidak lain adalah dalam rangkan untuk mengisi kemerdekaan dengan mengembangkan pendidikan yang berfokus pada dakwah Islam yakni melahirka sumber daya dai yang siap berdakwah mengabdi kepada umat.
Di Sekolah Dai para santri calon dai dibebaskan dari beban biaya selama mengenyam masa pendidikan kurang lebih 2 tahun. Di waktu yang sama, peserta didik datang dari berbagai daerah dengan keragaman budaya dan latar belakang.
Keberadaan Sekolah Dai memberi solusi dimana banyak diantara para santri calon dai berasal dari daerah terpencil yang telah menyelesaikan pendidikan SMA kemudian memiliki keinginan untuk turut andil dalam pengembangan dakwah. Di Sekolah Dai inilah akhirnya mereka berkumpul untuk menambah khazanah keilmuan.
Dakwah adalah tanggung jawab kita bersama. Mengisi kemerdekaan dengan pendidikan untuk meningkatkan dan menyebarkan dakwah ke berbagai penjuru bumi tentu tidak mudah, tapi bukan hal yang mustahil.
Berawal dari satu bangunan kecil di Bogor, kini Sekolah Dai Posdai sudah meluluskan 7 angkatan yang berjumlah lebih dari 300 dai yang tersebar dari Aceh hingga Papua.
Tentu jumlah tersebut belumlah seberapa dibanding besarnya kebutuhan akan sumber daya dai yang mumpuni dan siap mengemban amanah dakwah bahkan tulus hati ke daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal, dan wilayah Transmigrasi (4T).
Dengan ikhtiar yang tulus kini telah berdiri lima Sekolah Dai yang berlokasi di Bogor, Parepare, Bengkulu, Medan dan Pekanbaru. Sekolah Dai berdiri dan running berkat kolaborasi dari para muhsinin.
Inilah ikhtiar peran besar kita bersama dalam dakwah dan juga dalam mengisi kemerdekaan yang dijiwai oleh semangat pengabdian pada agama, bangsa, dan negara.
Allahuakbar! Allahuakbar! Allahuakbar! Merdeka!
MA'RIFATULLAH