Pipanisasi Sumber Air Bersih Pesantren Masyarakat Desa Cibuntu
GIRANG betul hati Ustadz Shidik Junihardin. Betapa tidak, dai yang ditugaskan Posdai mengabdi di Desa Cibuntu, Kuningan, Jawa Barat, ini telah mendapati sumber air bersih dan mudah diakses di rencana lokasi akan didirikannya pesantren masyarakat di kawasan itu.
"Alhamdulillah, seperti yang kita harapkan, program pipanisasi sudah berjalan dan air sudah sampai di lokasi pembangunan," kata Shidik Junihardin.
Ustadz Shidik mengatakan, program pipanisasi air bersih di lokasi yang sudah terlaksana ini untuk menunjang pendirian pesantren masyarakat di desa tersebut.
Saat ini proses pembangunan pesantren di kawasan yang berjuluk "desa mengaji" ini terus berjalan dengan keterlibatan aktif masyarakat.
Cibuntu adalah desa kecil yang terletak di kaki Gunung Ciremai. Desa ini berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Ciremai. Luasnya, menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, lebih dari 1 juta hektar. Ada sekitar 20 ribu jiwa yang mendiami desa tersebut, dengan komposisi laki-laki dan perempuan hampir berimbang.
Pada tahun 2012, Desa Cibuntu dicanangkan sebagai desa wisata. Tentu sangat beralasan mengapa desa ini dijadikan tempat wisata.
Letak Cibuntu yang berada di dekat Gunung Ciremai membuat udaranya sangat segar, hawanya agak dingin, airnya jernih, mata airnya banyak. Di sekeliling desa terhampar sawah dan rerumputan hijau.
Siddiq Junihardin, pria asal Kendari, Sulawesi Tenggara, tak menyangka akan ditugaskan ke Desa Cibuntu, Kuningan, Jawa Barat, pada awal tahun 2021. Padahal, ia belum lama mengajar di Sekolah Dai, Ciomas, Bogor, Jawa Barat, lembaga pendidikan milik PosDai Hidayatullah.
PosDai Pusat menunjuk Siddiq untuk mengemban amanah yang tak semua anak muda seusianya sanggup mengembannya. Sebelumnya, Posdai telah bertemu dengan tokoh masyarakat Cibuntu, Abah Awam, dan berharap ada dai ditugaskan ke desanya.
Ketua PosDai Pusat Ust Samani Harjo mengatakan tugas para dai yang diterjunkan ke Desa Mengaji sederhana saja. Mereka harus mengajak masyarakat desa untuk gemar membaca al-Qur'an sekaligus mau mengikuti berbagai taklim di masjid atau mushola desa. Ini tahap awal. Selanjutnya, gerakan ini tak sekadar diselenggarakan di masjid namun bisa juga di rumah-rumah warga.
Para dai yang ditugaskan ke Desa Mengaji harus bisa mengkader. Artinya, mereka juga harus bisa menjadikan beberapa warga di desa tersebut sebagai calon guru mengaji (muallim) yang kelak akan menggantikan tugas para dai ini mengajar mengaji di desanya.
Pada saatnya nanti, masyarakat di Desa Mengaji bisa mandiri dalam menjalankan program belajar dan mengajar al-Qur'an, baik di masjid atau di rumah. Tugas para dai adalah mengkondisikan agar hal tersebut terjadi.
Dijelaskan, jika program Desa Mengaji sudah berjalan baik, maka masyarakat di desa tersebut harus siap-siap mengembangkan lagi desanya menjadi pesantren masyarakat. Dalam tahap ini, fungsi masjid diperluas. Bukan lagi sekadar tempat belajar dan mengajar al-Qur'an, namun juga pusat pemberdayaan masyarakat. Masjid akan menjadi pusat pelatihan wira usaha, kepemimpinan, juga peningkatan skill.*/
FOTO DOKUMENTASI