Sekolah Daiyah Bone Ikhtiar Retas Minimnya Pendakwah
BONE -- Ketua Persaudaraan Dai Indonesia (Posdai) Sulawesi Selatan (Sulsel), Ust. Reskyaman, MM, mengaku merasakan minimnya jumlah daiyah terutama yang siap berdakwah di daerah pedalaman dan terpencil. Alasan tersebut menjadi salah satu yang mendorong untuk dihadirkannya Sekolah Daiyah.
"Sekolah Daiyah yang merupakan ikhtiar Posdai Sulawesi Selatan dan pengurus Pesantren Hidayatullah Bone untuk mendirikan Sekolah Daiyah Hidayatullah pertama," kata Reskyaman, Selasa (15/11/2022).
Kiprah daiyah, terang Reskyaman, sangatlah dibutuhkan. Mereka nantinya tidak saja mengambil peran domestik dalam lingkup keluarga. Para daiyah yang menyelesaikan program pendidikannya di Sekolah Daiyah ini akan mengemban peran publik sebagai penebar cahaya Al Qur'an di masyarakat.
"Ini merupakan langkah konkrit meretas minimnya jumlah daiyah dan muhafizah. Dibutuhkan lebih banyak lagi daiyah yang mengajarkan Al Qur'an," katanya.
Alhamdulillah suatu kesyukuran tersendiri bagi Reskyaman, sebab, kendati masih terdapat banyak keterbatasan, program pendidikan Sekolah Daiyah ini dapat terus berjalan dengan baik yang saat ini mendidik 19 mahasantri.
Dia mengatakan, peserta Sekolah Daiyah yang masuk pada Angkatan pertama tersebut umumbya berasal dari kalangan keluarga pra sejahtera. Kegiatan program ini sendiri tak memungut biaya sepeserpun, alias gratis.
Sekolah Daiyah Hidayatullah Bone ini melibatkan tim pengajar dan pengelola sebanyak 10 orang yang kebutuhan akomodasi dan operasionalnya ditanggung oleh oleh Posdai. Reskyaman pun berharap ada dermawan muhsinin yang terketuk hatinya untuk mendukung meringankan biaya operasionalnya.
"Sekolah Daiyah Hidayatullah Putri Bone kini tengah berjuang mencetak para muhafizah dan muallim Qur'an sekaligus pengasuh pesantren yang tangguh dan berkualitas," tandas ustadz yang juga penghafal Al Quran ini.*/Yacong B. Halike