Ustadz Lukman Hakim Teguh Mengabdi di Daerah Pinggiran
GIRANG betul hati Lukman Hakim. Hari itu dia meninggalkan Demak, Jawa Timur, kota kelahirannya. Ini adalah pengalaman pertama anak muda ini keluar pulau Jawa. Sebagai mahasiswa yang baru diwisuda dan mendapat gelar sarjana, ia begitu bersemangat menatap masa depan.
Namun, rasa girang itu tak bertahan lama. Ketika bus yang ia tumpangi mulai memasuki jalan poros Sumatera yang kala itu masih belum banyak terjamah, Lukman mulai bertanya tanya dalam hati dengan sedikit rasa waswas.
"Kok bus masuk hutan," gumannya dalam hati.
Lukman mengira mobil bus yang ia tumpangi salah jalur. Sebab, ia menyusuri jalan panjang yang sepi pemukiman, minim penerangan, ditambah lagi lebatnya hutan kanan kiri. Perjalanan darat kurang lebih 3 hari itu juga harus merobek pekatnya malam.
"Waktu itu, sudah santer juga istilah bajing loncat atau begal. Jadi ada rasa takut juga," kata Ust. Lukman Hakim dalam obrolan santai dengan Posdai lepas Isya' di kantor Kampus Hidayatullah Banyuasin, Sumatera Selatan, belum lama ini.
Lukman menceritakan kembali pengalaman yang amat mengesankan tersebut. Sebelumya, ia sebenarnya sempat cari cari informasi seputar Sumatera khususnya Bengkulu, tempat yang ia tuju. Namun, ia tak menyangka jika kondisinya segokil ini.
"Yang saya bayangkan ya seperti Demak atau Surabaya. Ternyata sepanjang jalan hanya hutan, saya sempat menangis karena rupanya bayangan saya tak sesuai realita," katanya tertawa mengenang kejadian itu.
Mengabdi di Bengkulu
Tahun 2001, usai menuntaskan kuliahanya di Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Lukman Hakim, Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya, Lukman yang gagah dan masih muda itu langsung mendapat tugas ke Sumatera. "Ketika pengumuman wisuda, ditugaskan di Bengkulu," katanya bercerita.
Bengkulu nama yang asing bagi Lukman. Tapi, karena ini tugas dakwah, dia membulatkan tekad untuk berangkat. Dengan bekal ala kadarnya dan beberapa lembar helai pakaian, dia pun berangkat.
Sebagai orang yang tak pernah keluar Jawa sebelumnya, perjalanan ke Sumatera ini jadi pengalaman baru baginya. Ada rasa senang juga. Ia pun begitu antusias menyambut tugas yang tak pernah terbayangkan sebelumnya ini.
Debut dakwah Lukman di Bumi Rafflesia dimulai. Ia banyak melakukan pembinaan umat di kawasan terpencil, minoritas, dan daerah pinggiran. Seraya berdakwah, Kampus Hidayatullah Bengkulu juga terus dibangun bersama dengan tenaga lainnya.
Setelah melalui berbagai dinamika cabaran, DPW Hidayatullah Bengkulu pun terbentuk. Lukman Hakim ditunjuk sebagai ketua pertama yang kala itu dilantik oleh Ust. Al Bukhari Abdul Wahid yang diutus langsung untuk menggantikan Ketua Umum DPP Hidayatullah Ust. Abdul Mannan yang tidak bisa hadir.
"Pengurus hanya beberapa orang, karena memang masih terbatas sekali ketersediaan sumber daya. Tapi Ustadz Mannan bilang harus jalan," katanya.
Dalam perjalanan berikutnya, tahun 2015, Ust. Lukman dipindahtugaskan ke Sumatera Utara. Ada sekira kurang lebih 6 tahun Lukman mengabdi di provinsi ini. Ia kembali didapuk menjadi ketua DPW di kawasan ini. Berbagai terobosan dilakukan, diantaranya perluasan dan pengembangan DPD Hidayatullah.
Selepas Munas V Hidayatullah tahun 1442H/2020, kembali dilakukan rotasi dan Lukman kembali harus berpindah tempat tugas. Dia diamanahlan untuk memimpin DPW Hidayatullah Sumatera Selatan.
"Tugas di DPW ini amanah besar dan berat tapi dengan dukungan dan doa dari jamaah, dapat dijalani dengan baik. Tentu bukan kita yang hebat tapi karena Allah menolong kita," kata pria 43 tahun ini.
Bukan hanya mendatangi daerah daerah pinggiran kota yang jarang tersentuh oleh dakwah, Lukman juga acapkali mengikuti perkembangan dakwah di internet baik di media sosial maupun di platform berbagai video. "Sudah saatnya dakwah juga disemarakkan di Tiktok," katanya.
Ustadz Lukman memang pengguna Tiktok. Hal ini telah ia geluti sejak beberapa tahun terakhir ketika Tiktok tiba tiba melejit dan melampaui popularitas platform lain. Di sini ia banyak terlibat sebagai peserya dalam siaran debat teologis dengan non muslim dan secara rutin mengunggah taushiah singkat.
"Pelan pelan saya juga belajar ngedit video," kata Ust. Lukman yang juga pengelola langsung channel Youtube Hidayatullah Sumsel TV ini.
Saat ini Ust. Lukman juga bekecimpung di Pesantren Hidayatullah di Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin yang juga menampung anak anak yang yatim dan dhuafa. "Semoga para santri ini menjadi penerus perjuangan mendakwahkan Islam di muka bumi," harapnya.
Di luar jam mengajar di pesantren, Ust. memiliki desa binaan di daerah perairan yang tak mudah diakses karena harus menggunakan armada laut dengan jarak tempuh yang tidak sebentar. "Alhamdulillah berkat doa dan juga dukungan kaum muslimin semua kegiatan berjalan dengan baik," tandasnya.*/Ainuddin Chalik