Dakwah Pedalaman Ustadz Lukman, dari Parepare Jadi Securiti Hingga Mengabdi di Muara Samu - Persaudaraan Dai Indonesia | Bersama Dai Membangun Negeri | Posdai.or.id

Selasa, 09 Juli 2024

Dakwah Pedalaman Ustadz Lukman, dari Parepare Jadi Securiti Hingga Mengabdi di Muara Samu

USTADZ Lukman Ahmad, seorang pria dengan semangat baja, lahir di Parepare pada 10 Februari 1971. Kota yang terkenal dengan mottonya "m...


USTADZ
Lukman Ahmad, seorang pria dengan semangat baja, lahir di Parepare pada 10 Februari 1971. Kota yang terkenal dengan mottonya "massiddi siri massiddi gau", ini menjadi saksi pertama perjalanan hidup Lukman. Di sanalah ia memulai langkah pertamanya dalam mencari ilmu dan makna kehidupan.

Tahun 1985 menjadi titik awal perjalanan Lukman dalam debut mengemban amanah penugasan dakwah. Bergabung dengan Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak di Balikpapan, ia menemukan tempat yang tepat untuk memperdalam ilmu agama. Pesantren ini menjadi rumah kedua baginya, tempat ia menempa diri dan mengabdikan hidupnya untuk Allah.

Tidak lama setelah menjalani penempaan di Gunung Tembak, pada tahun 1988, Lukman ditugaskan ke Kuaro, sebuah kawasan terpencil di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur kala itu. 

Tugasnya sebagai humas Pesantren Hidayatullah Kuaro di wilayah yang masih jauh dari modernitas ini adalah sebuah tantangan besar. Namun, Lukman melihatnya sebagai kesempatan emas untuk menyebarkan cahaya Islam di tempat yang membutuhkan.

Selama sepuluh tahun bertugas di Kuaro, Lukman tidak hanya menjalankan tugasnya dengan penuh dedikasi, tetapi juga menyatu dengan masyarakat setempat. Ia menjadi bagian dari mereka, mendengar keluh kesah dan memberikan solusi berbasis nilai-nilai Islam. 

Sepuluh tahun bukanlah waktu yang singkat, namun Lukman menjalani penugasan itu dengan ikhlas dan penuh cinta.

Pada tahun 1998, Lukman dipanggil kembali ke Balikpapan oleh Ustadz Hasan Suraji almarhum. Saat itu Ustadz Hasan adalah ketua Koordinator Wilayah (Korwil) Hidayatullah Kalimantan Timur.

Di pusat Hidayatullah ini, perannya berganti-ganti, mulai dari menarik kartu donatur hingga menjadi driver antar jemput santri Lukmanul Hakim. Setiap tugas dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan keikhlasan.

Dari tahun 2010 hingga 2015, Lukman mengemban tugas sebagai humas, kali ini di Dakwah Center Ulul Albab. Peran ini memungkinkannya untuk lebih dekat dengan masyarakat, menyebarkan dakwah dengan lebih luas dan efektif. Dengan senyum dan keramahan, ia berhasil menarik banyak hati untuk mendekat kepada Allah.

Jadi Securiti 

Sebagai kader yang tak pernah pilih pilih tugas, apalagi menimbang daerah "basah" atau daerah "kering", Lukman selalu siap sedia menjalankan tugas yang diamanahkan pesanten padanya. Sehingga apapun tugas yang disodorkan, dia terima. Dia tekadkan itu semua sebagai khidmat di jalan dakwah.

“Tugas dakwah adalah jalan untuk meraih keberuntungan besar, jadi saya sami’na wa atha’na sebagaimana ditanamkan oleh almarhum Ustadz Abdullah Said, pendiri Hidayatullah,” kata Lukman sambil menyodorkan ayat Al Qur’an surah Al Imran ayat 104 sebagai motto hidupnya.

Tahun 2015 hingga 2021, Lukman dipercaya untuk menjaga salah satu anggota tim keamanan (security) Kampus Ummulqura Hidayatullah di Balikpapan. Tugas ini membutuhkan ketegasan dan ketelitian, dua hal yang selalu ada dalam dirinya. 

Dalam menjalankan tugas sebagai tim keamanan ini, Lukman menunjukkan bahwa menjaga keamanan bukan sekadar tugas fisik, tetapi juga amanah spiritual.

Pada tahun 2022, Lukman mendapatkan tugas baru di Muara Samu, sebuah kecamatan di Kabupaten Paser. Tempat ini masih membutuhkan banyak bimbingan dalam hal keislaman, dan Lukman dipilih untuk membawa perubahan positif. Amanah ini diterimanya dengan penuh syukur dan doa agar selalu diberi kekuatan.

Pemilihan Lukman untuk tugas di Muara Samu bukan tanpa alasan. Ketika tidak ada petugas lain yang siap, Lukman yang didampingi sang istri tercinta dengan penuh keyakinan menerima tugas ini. Dedikasinya yang tinggi dan pengalamannya yang luas menjadi alasan kuat mengapa ia yang dipilih.

Tantangan Bumi Kaltim

Kalimantan Timur, provinsi yang luas dengan populasi yang tidak terlalu padat, menjadi pusat berdirinya Hidayatullah. Namun, luasnya wilayah dan tersebarnya penduduk menambah tantangan dalam menyebarkan dakwah. Lukman melihat ini sebagai kesempatan untuk memperluas jangkauan dakwah, meskipun jalannya tidak selalu mudah.

“Pondok Pesantren Hidayatullah di kecamatan Muara Samu merupakan tempat kami dalam melakukan pembinaan bagi masyarakat di sini,” imbuhnya. 

Muara Samu, hasil pemekaran dari Kecamatan Batu Sopang, adalah desa yang masih memerlukan sentuhan keimanan. Mayoritas masyarakatnya adalah muslim, namun masih butuh bimbingan dalam praktek ibadah dan pemahaman nilai-nilai Islam. Lukman melihat ini sebagai ladang amal yang subur untuk digarap.

Di Muara Samu, Lukman berupaya menjadikan Pondok Pesantren Hidayatullah menjadi pusat pembinaan bagi masyarakat. Pesantren ini tidak hanya tempat belajar, tetapi juga tempat berteduh dan menemukan kedamaian. Lukman bersama timnya bekerja keras untuk memberikan pendidikan agama yang komprehensif kepada para santri dan masyarakat.

Selain mengajar di pesantren, Lukman juga menjadi guru ngaji dan khatib di berbagai masjid. Kegiatan ini membawanya menjelajahi berbagai tempat, termasuk yang sulit dijangkau dengan perjalanan darat. Ia tidak pernah mengeluh, karena setiap perjalanan adalah bagian dari pengabdian kepada Allah.

"Daerah seperti di Muara Samu ini sangat dibutuhkan armada motor agar bisa menjangkau titik titik binaan lainnya," katanya.

Lukman juga sering mengisi majelis taklim di berbagai tempat. Majelis taklim ini menjadi jembatan untuk mencapai hati-hati yang jauh, yang mungkin belum tersentuh dakwah secara langsung. Dengan kata-kata yang lembut dan penuh hikmah, Lukman terus melukaskan penggabdiannya.

Pandangan hidup Lukman sangat sederhana namun mendalam: dakwah adalah jalan hidup. Motto hidupnya diambil dari Al-Qur'an surah Al Imran ayat 104, yang menekankan pentingnya amar ma'ruf nahi munkar. Bagi Lukman, ini bukan sekadar bait ayat Ilahi, tetapi panggilan hidup yang harus dijalani dengan sepenuh hati.

Bagi Lukman, berdakwah bukanlah pekerjaan, melainkan jalan hidup. Ini adalah tugas yang diamanahkan langsung oleh Allah kepada setiap muslim. Dengan penuh keyakinan, ia mengabdikan dirinya untuk menyebarkan kebaikan dan mengajak orang lain untuk berbuat baik.

Di setiap langkahnya, Lukman selalu berharap agar diberikan keistiqomahan dalam menjalankan tugas dakwah. Doanya sederhana, namun penuh makna: agar selalu diberi kekuatan untuk terus berdakwah dan membawa perubahan positif di setiap tempat yang disentuhnya.

"Mohon doakan kami di sini agar diberikan keistiqomahan dalam dakwah dan perjuangan," katanya.

Perjalanan dakwah Lukman di Muara Samu, Kalimantan Timur, adalah sebuah kisah yang mengalirkan semangat perjuangan dan pengabdian. 

Dari Parepare hingga Muara Samu, setiap langkahnya adalah bagian dari perjalanan panjang yang belum usai. Dengan semangat dan keikhlasan, Lukman akan terus berjalan, menyebarkan cahaya Islam di setiap sudut yang dijangkaunya. (ybh/pos)

Mitra

Sinergi adalah energi kita, terus berpadu dalam langkah nyata

  • Bersama Dai Bangun Negeri
  • Save Indonesia with Quran, ajak masyarakat hidupkan al-Quran
  • Menjadi dai perekat ukhuwah islamiyah dan ukhuwan insaniyah
  • Keswadayaan bersama mengemban amanah dakwah majukan negeri