Ustadz Sriyono, Dai Mengabdi Majukan Pendidikan Pelosok itu Berpulang
Terima kasih atas doa doa seluruh sahabat seperjuangan di mana saja berada. Doanya sangat luar biasa, saya hanya berserah diri kepada-Nya.
Ya Allah, hambamu yang dhoif ikhlas atas ketentuan-Mu yang terbaik, semoga Engkau tetapkan hamba dalam Iman dan Islam hingga kami bertemu dengan-Mu.
Doa doa kami akhir ini. Salam ukhuwah untuk semuanya. Allahu Akbar.
Mentari pagi semoga segera terbit, menyambut terangnya cahaya Islam yang sempurna.
Terkhusus ikhwan dai Sumatera Selatan, yang saya rindukan, semoga kita bisa kembali bersama.
Sahabatmu, Sriyono
***
BEGITULAH pesan Whatsapp yang diterima oleh Ketua Dewan Pengusus Daerah (DPD) Hidayatullah Langkat, Medan, Sumatera Utara, Ust. Muhammad Faris. Pesan yang sama juga diterima pengurus DPW Hidayatullah Sumsel lainnya.
Pesan itu dikirim oleh Ustadz Sriyono tepat pukul 10.00 WIB dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibonong, Bogor, Jawa Barat, Selasa, 2 Muharam 1446 (8/7/2024).
Muhammad Faris rutin menanyakan kabar Ustadz Sriyono yang sedang menjalani pengobatan di seberang pulau. Biasanya mereka hanya saling berkabar soal agenda dakwah dan kegiatan di daerah, kini lebih sering menanyakan kabar masing masing dan saling terus mendoakan.
Ya, ditengah keterbatasan yang ada, Ustadz Sriyono tak henti berikhtiar untuk sembuh dari sakit kanker orofaringeal yang diidapnya. Rawat inap hampir sepekan di RSUD Cibonong itu merupakan rangkaian dari upaya yang sudah dijalaninya selama sekitar 5 bulan terakhir.
Sebelumnya, ia sempat menjalani pemeriksaan dan perawatan rutin di Rumah Sakit Bhayangkara Mohamad Hasan Palembang, Sumatera Selatan, atas saran dari dr. Harun yang merupakan simpatisan Hidayatullah. Namun, belum ada kemajuan yang berarti.
Ustadz Sriyono memberi pembekalan pada acara pelepasan dai/ daiyah muda di Banyuaasin, Senin, 22 Mei 2023 (Foto: ist/posdai.or.id) |
Setelah menimbang dan mendapat beberapa saran, ia akhirnya memutuskan untuk menjalani terapi di Pulau Jawa yang didampingi sang istri, Maryati, yang selalu setia dan tulus menemani dalam setiap kesempatan.
Selama di Jawa ia dirawat oleh anaknya, Syaiful Amri Yahya, yang tinggal di Kota Depok, Jawa Barat. Selain di rumah sakit, Ustadz Sriyono juga bermujadahah lewat pengobatan terapi sengat lebah.
Dari dokter RSUD Cibonong yang menangani, pengurus Posdai Sumsel ini harus dirujuk ke rumah sakit lain yang lebih lengkap fasilitasnya. Ia akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Namun, jadwal dan antrian di rumah sakit ini cukup panjang.
Tindakan magnetic resonance imaging (MRI) beliau di RSCM pun dijadwalkan baru pada akhir bulan September mendatang. Di sisi lain, kondisi kesehatan Ustadz Sriyono sudah semakin menurun.
Lembaga sosial kesehatan Rufaidah Humanity Care (RHC) bersama Dompet Dhuafa (DD) lalu menawarkan Ustadz Sriyono dibawa ke RSUD Kota Tangerang. Sebelumnya, tim medis RHC datang langsung ke kediaman Syaiful untuk memeriksa dan memastikan keadaan Sriyono.
Di Tangerang Ustadz Sriyono sempat menjalani konsultasi intens dengan dokter bedah onkologi yang biasa menangani pasien kanker di RHC. Adapun rencana awal pemeriksaan rontgen MRI dengan kontras untuk menentukan rangkaian pengobatan yang lainnya.
Namun, Allah Ta’ala rupanya berkehendak lain. Setelah sekitar dua hari menjalani perawatan intensif, Ustadz Sriyono meninggal dunia dengan tenang di RSUD Kota Tangerang sekitar pukul 11:00 WIB pada hari Selasa, 17 Muharam 1446 (23/7/2024).
Wafatnya dai tangguh yang dikenal multi talenta ini menyisakan duka mendalam tidak saja untuk istri, anak, dan sanak famili, tetapi juga bagi para murid, kerabat, sahabat, orang orang yang mengenalnya.
Seorang perawat yang juga pegiat sosial, Diksi Hera Berliana, yang baru menganal almarhum pun mengungkapkan rasa kehilangan akan sosok yang selalu bersemangat ini. Diksi Hera turut mendampingi dan duduk di hadapan almarhum di saat saat kritisnya.
“Yang terbayang hanya kebaikan kebaikan beliau saat dalam keadaan sehat. Dan mencoba membayangkan bagaimana perjuangan beliau mengajar santri santri di pelosok. Meskipun tidak pernah mengenalnya, tapi saya merasa sudah mengenal beliau lama.” kata Diksi Hera.
Almarhum Ustadz Sriyono rutin turun ke masyarakat untuk mengajar dan mengisi majelis taklim di berbagai titik di tempat tugas dakwahnya (Foto: Kosim/ Hidayatullah.or.id) |
Kenangan Anak Didik
Banyak kenangan yang dirasakan sahabat sahabatnya selama kebersamaan mereka dengan Ustadz Sriyono, tak terkecuali para murid yang pernah merasakan didikan almarhum yang penuh dedikasi dan totalitas.
Seperti diutarakan oleh Jefrin Zai, salah satu alumni MTs Pondok Pesantren Hidayatullah Pulau Nias. Pesantren ini terbilang masuk ke pelosok yang berada di Pelud Binaka, Gunungsitoli.
Masih segar betul dalam kenangan Jefrin tentang kesungguhan almarhum dalam membina dan mendidik mereka anak didiknya tentang Islam, aqidah, akhlak, dan juga dengan keteladanan.
“Selama di pondok keseharian beliau mengajar mata pelajaran formal dan non formal. Pagi sampai siang mengajar di sekolah, malam harinya mengajarkan ilmu agama,” kata Jefrin yang kini tinggal di Jakarta ini.
Ustadz muda ini mengenang almarhum sebagai sosok yang tak kenal lelah. Hal itu ia saksikan dikala Ustadz Sriyono harus membangun pendidikan. Ia datang ke Nias bersama istrinya. Saat itu, belum ada rekan yang bisa membantu. Sementara, ada pendidikan tingkat SMP dengan 24 santrinya yang harus tetap berjalan.
Jefrin juga menyaksikan bagaimamana almarhum kadang langsung turun kelapangan menjumpai donatur, untuk menutupi kebutuhan santrinya.
“Sosok Ustadz Sriyono penyayang dan selama di pondok tidak pernah marah ke santrinya, selalu memberikan motivasi ke santri agar menjadi anak yang shaleh dan berbakti kepada kedua orangtua dan ke semua orang,” kenang pria asal Medan ini.
Kehilangan Sosok Pejuang
Rasa kehilangan juga sangat dirasakan oleh rekan rekan almarhum, salah satunya adalah Ustadz Lukman Hakim.
Keduanya merupakan sahabat dekat dan pernah sama sama bertugas di Sumatera Utara dan terakhir di DPW Sumatera Selatan. Lukman Hakim sebagai ketua dan Sriyono mendampinginya sebagai sekretaris.
Lukman Hakim mengenal Ustadz Sriyono sejak tahun 2004 yang ketika itu mereka sama sama sebagai Kepala Sekolah Hidayatullah. Saat itu, Sriyono bertugas di Dumai dan Lukman di Bengkulu.
“Hampir tiap tahun ketemu di event pendidikan nasional Hidayatullah. Waktu itu beliau aktif merintis pendidikan di Pesantren Hidayatullah Dumai,” kata Lukman dalam obrolan dengan media ini.
Bahkan, almarhum masih sempat mengikuti Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pendidikan Hidayatullah tahun 2024 yang digelar selama 2 hari di Kampus Utama Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, Jawa Barat, Sabtu-Ahad, 7-8 Sya’ban 1445 (17-18/2/2024).
Saat Ustadz Sriyono ditugaskan ke Nias, ia memfokuskan waktunya di sini untuk mengembangkan pendidikan sambil terus aktif berkeliling memenuhi panggilan mengajar mengaji dan mengisi majelis taklim.
Pada saat Musyawarah Wilayah (Muswil) Sumut di tahun 2015, Lukman ditunjuk sebagai ketua dan Sriyono sebagai sekretaris. Karena mendiang ditunjuk sebagai sekretaris, maka Sriyono harus pindah dari Pulau Nias ke kota Medan.
“Ketika ini saya sangat dekat dengan Ustadz Sriyono. Layaknya sahabat akrab kemana mana selalu beliau mendampingi saya. Walaupun secara usia beliau lebih tua sembilan tahun dari saya. Tapi saya katakan, Ustadz Yono adalah sahabat yang baik dan setia,” katanya.
Lukman pun mengakui kelebihan yang dimiliki Ustadz Sriyono. Sebagai orang yang pernah duduk di bangku kuliah di IKIP Yogyakarta, menurut Lukman, sosok Sriyono amat menonjol termasuk dalam rapat atau diskusi baik formal maupun non formal selalu ada gagasan segar darinya.
Almarhum asal Wonogiri yang meninggalkan 4 orang anak ini selain dikenal sebagai guru mata pelajaran eksak, ia juga punya skill di bidang pertukangan, tak heran banyak hasil hasil rapat soal pembangunan yang langsung dia eksekusi.
“Ketika di Sumut beliau banyak menemani dai dai muda yang sedang merintis pesantren. Dari sinilah banyak kader muda yang merintis pesantren merasa punya orang tua yang ngayomi dan membimbing,” kenang Ustadz Lukman.
Pada tahun 2020, Lukman ditunjuk sebagai ketua DPW Hidayatullah Sumatera Selatan dan diminta untuk menentukan sendiri siapa sekretarisnya.
“Ketika itu, saya langsung terpikir untuk mengajak Ustadz Sriyono ke Sumsel. Ketika saya tanya kesiapannya, beliau langsung jawab siap. Padahal waktu itu beliau habis dilantik sebagai ketua Departemen Perkaderan DPW Sumut,” imbuh Lukman mengenang kesetiaan sahabatnya itu.
Semangat Ustadz Sriyono selalu membara untuk menjalankan tugas. Ia tetap istiqamah bertugas mendidik umat dan menjadi teladan hingga menghembuskan nafas terakhir.
“Insya Allah beliau syahid karena komitmen tugas hingga akhir. Selamat jalan sang pejuang,” tutup Lukman dengan nada bergetar.
Semoga Allah menyayangi almarhum Ustadz Sriyono, mengampuni seluruh dosa beliau, dan mengumpulkan beliau bersama para Nabi, Rasul, Shiddiqin, Syuhada, dan Shalihin di Jannah Firdaus Tertinggi, Aaamiin.
Sumber: Hidayatullah.or.id