Ali Mukmin Damanik dari Lalang ke Penajam, Menabur Cahaya Dakwah di Bumi Kalimantan
DALAM sebuah desa kecil bernama Desa Lalang, Sumatra Utara, pada tanggal 13 Agustus 2001, lahirlah seorang anak yang kelak akan menjadi salah satu pejuang dakwah di tanah Borneo. Dialah Muhammad Ali Mukmin Damanik.
Belajar di Sekolah Dai Ciomas
Sebagaimana banyak anak muda di desa, perjalanan pendidikan Ali dimulai dari jalur yang lazim. Dari SD hingga SMK Negeri, pendidikan agama hanya menjadi pelengkap kurikulum yang dia lalui. Satu jam setiap minggu, itu saja bekalnya dalam memahami agama.
Namun, di balik kesederhanaan itu, tersimpan kerinduan yang besar untuk mendalami Islam lebih jauh. Setelah lulus SMK, keinginan itu semakin menggelora, hingga secara tak sengaja ia menemukan tautan pendaftaran Ma’had 'Ali Sekolah Da’i Hidayatullah Ciomas di Bogor.
“Saya tidak pernah benar-benar belajar agama secara mendalam sebelum masuk pesantren,” kenang Ali. Di sini, di Ciomas, ia menemukan jati dirinya.
Bukan sekadar memahami syariat Islam, ia juga merasakan bagaimana agama harus hidup dalam jiwa dan perilaku. Ilmu yang ia dapatkan, dari nahwu, shorof, hingga fiqih dan aqidah, menjadi bekal yang tak ternilai harganya. Dengan semangat yang tak pernah pudar, ia mulai menapaki jalannya sebagai seorang juru dakwah.
Dari Jayapura hingga Jakarta
Perjalanan dakwahnya tak semata di Bogor. Salah satu pengalaman paling membekas di hati Ali adalah ketika ia diamanahkan menjadi imam selama Ramadhan di Jayapura, Papua. “Itu adalah pengalaman yang tak terlupakan,” ujarnya, matanya berkaca-kaca saat mengenang.
Bukan hanya karena jarak yang jauh dari kampung halaman, tetapi karena di sanalah ia benar-benar merasakan bagaimana Islam menyatukan umat dalam kehangatan Ramadhan, meski berada di daerah yang mayoritas non-Muslim.
Tak berhenti di Papua, Ali juga mengemban tugas sebagai imam di Jakarta selama tiga kali Ramadhan berturut-turut. Mengajar ngaji dan membimbing umat di ibu kota memberikan pengalaman yang berbeda baginya. Ali menjadi saksi bagaimana Islam tumbuh di tengah dinamika kota besar, sekaligus menjadi pengingat bahwa dakwah tidak mengenal batas geografis.
Amanah Menjadi Pengasuh
Tahun 2021 menjadi titik balik dalam perjalanan Ali. Selepas menyelesaikan pendidikannya di Ma’had 'Ali Sekolah Da’i Hidayatullah, ia diamanahkan untuk menjadi kepala pengasuh dan pengajar tambahan di tempat yang sama. Ini bukan sekadar tanggung jawab administratif, tetapi sebuah langkah besar dalam karier dakwahnya. Ia kini bukan lagi santri, melainkan pengasuh yang harus membimbing generasi penerus dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam.
Menjadi pengasuh di usia yang masih muda bukanlah perkara mudah. Ali harus memastikan bahwa setiap santri mendapatkan pendidikan yang layak, baik secara akademis maupun spiritual.
“Tugas ini berat, tapi juga mulia. Saya merasakan bagaimana para pengajar saya dahulu berjuang untuk kami, dan sekarang giliran saya untuk membalas kebaikan itu dengan mendidik para santri,” ungkapnya penuh semangat.
Misi Mulia ke Bumi Kalimantan
Di pertengahan tahun 2024, ketika peranannya di Ciomas mulai stabil, datanglah amanah baru yang akan mengubah arah hidupnya. Surat Keputusan (SK) baru yang diterimanya menugaskan Ali untuk melanjutkan perjuangan dakwahnya di Kalimantan Timur, tepatnya di kota Penajam Paser Utara, Kelurahan Gersik.
Tak bertanya apalagi mengelak, Ali segera menerima tugas ini dengan tangan terbuka dan hati yang penuh keikhlasan, meski ia tahu bahwa perjalanan ini akan dipenuhi dengan tantangan yang berbeda.
Penajam Paser Utara, yang sedang berkembang pesat karena rencana pemindahan ibu kota negara, menjadi ladang dakwah baru bagi Ali. Di sana, bersama tim kecilnya, ia merencanakan pendirian pondok pesantren untuk mendidik anak-anak setempat.
“Kedatangan kami disambut dengan penuh kegembiraan oleh masyarakat,” kenang Ali. Sambutan hangat ini menjadi tanda bahwa perjuangan dakwahnya akan diterima dengan baik di sana.
Setiap hari di Gersik, Ali dan timnya tidak pernah berhenti untuk menyebarkan kebaikan. Mengajar ngaji, mengisi kajian, dan membimbing anak-anak menjadi bagian dari rutinitas yang tak terpisahkan. Mereka berkomitmen untuk menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat dalam aqidah.
Tantangan tentu saja ada. Ali mengakui bahwa tugas ini tidak mudah. “Ada suka dan duka dalam setiap langkah perjuangan. Namun, keyakinan bahwa Allah selalu bersama kami menjadi sumber kekuatan,” ucapnya tegas.
Dukungan masyarakat, yang bahkan memberikan kontribusi dalam bentuk materi dan tenaga, menjadi bukti bahwa dakwahnya telah menyentuh hati banyak orang.
Asa Seorang Anak Desa
Ali Mukmin Damanik adalah potret dari perjuangan yang tak kenal lelah. Dari seorang anak desa yang minim pengetahuan agama, ia kini berdiri sebagai dai tangguh yang membawa perubahan di mana pun ia berada. Mimpi dan cita-citanya untuk menjadi juru dakwah tidak pernah padam, bahkan semakin berkobar di tengah tantangan yang dihadapinya.
Kisah hidup Ali mengajarkan kita banyak hal, terutama tentang arti kegigihan dan keikhlasan. Ia bukan hanya seorang pendakwah, tetapi juga seorang pemimpin yang membangun masyarakat dengan cinta dan ketulusan. Setiap langkah yang ia ambil, setiap kata yang ia ucapkan, semuanya didedikasikan untuk kebesaran Islam dan kebaikan umat.
“Perjalanan ini belum berakhir,” kata Ali penuh harap. Dengan semangat yang tak pernah pudar, ia terus melangkah, membawa obor dakwahnya dari satu tempat ke tempat lain, dari Ciomas hingga Penajam, dengan satu tujuan: menebarkan cahaya Islam ke seluruh pelosok negeri.
Muhammad Ali Mukmin Damanik adalah bukti nyata bahwa Allah selalu memberikan jalan bagi mereka yang berusaha mendekatkan diri kepada-Nya. Dari Desa Lalang yang terpencil hingga Penajam Paser Utara, ia telah menunjukkan bahwa dakwah bukan hanya tentang menyampaikan pesan, tetapi juga tentang bagaimana meresapi, menjalani, dan mengajarkan kebenaran dengan penuh keikhlasan.
Ali berharap perjuangan ini akan terus berlanjut, tidak hanya di Kalimantan Timur, tetapi juga di seluruh nusantara. “Saya berharap Allah selalu memberikan kekuatan dan keistiqomahan di jalan-Nya,” ucap Ali dengan penuh harap. Perjalanan ini memang penuh tantangan, tetapi bagi Ali, inilah jalan hidupnya. Aamiin ya Rabbal ‘aalamiin. (ybh/pos)