Mari Terus Kita Belajar dan Mendakwahkan Al Qur’an
AL QUR’AN, kitab suci umat Islam, adalah mukjizat terbesar dan abadi yang pernah diberikan kepada umat manusia. Sebagai wahyu ilahi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW lebih dari 1400 tahun yang lalu, Al-Qur’an tetap relevan dan terus memberikan petunjuk hingga akhir zaman.
Sebagai mukjizat, Al-Qur’an tidak hanya menjadi bukti kenabian Nabi Muhammad SAW, tetapi juga menjadi pedoman hidup yang sempurna bagi seluruh umat manusia, terlepas dari waktu dan tempat.
Sayangnya, tidak sedikit umat Islam yang belum sepenuhnya menyadari keistimewaan Al-Qur’an ini, sehingga mereka mengabaikan anugerah besar tersebut.
Mukjizat Al-Qur’an yang Abadi
Mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa dan tak terjangkau oleh logika manusia, yang terjadi sebagai bukti kenabian seorang rasul. Dalam sejarah para nabi, pelbagai mukjizat telah diberikan Allah untuk menguatkan dakwah mereka.
Namun, di antara mukjizat tersebut, Al-Qur’an memiliki karakteristik yang unik, yaitu keberlangsungannya yang abadi. Mukjizat Al-Qur’an tidak terbatas pada waktu tertentu atau peristiwa sesaat, tetapi berlaku sepanjang masa.
Mukjizat-mukjizat dari nabi sebelumnya, seperti tongkat Nabi Musa AS yang berubah menjadi ular, atau kemampuan Nabi Isa AS menyembuhkan penyakit, hanya terjadi pada waktu dan tempat tertentu. Tetapi, Al-Qur’an sebagai mukjizat bersifat universal dan abadi, berlaku untuk seluruh umat manusia tanpa batas waktu. Ini ditegaskan dalam firman Allah:
اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami pula yang akan menjaganya” (QS. Al-Hijr: 9)
Ayat tersebut menunjukkan bahwa Al-Qur’an bukan hanya sekedar mukjizat pada zamannya saja, melainkan akan terus terjaga kemurniannya hingga akhir zaman. Inilah yang membuat Al-Qur’an berbeda dari kitab-kitab suci lainnya, yang mengalami perubahan atau hilang ditelan waktu.
Keistimewaan ini juga menjadi pengingat bahwa Al-Qur’an adalah pegangan yang tidak pernah usang dan terus memberikan petunjuk, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad SAW:
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ
“Aku tinggalkan kepada kalian dua hal, kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya” (HR. Malik)
Sumber Kebahagiaan Hakiki
Salah satu aspek penting dari mukjizat Al-Qur’an adalah keberadaannya untuk menjadi sumber kebahagiaan yang hakiki bagi mereka yang menghidupkan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari.
Al-Qur’an memberikan pedoman yang lengkap dalam segala aspek kehidupan, mulai dari ibadah hingga muamalah, menuntun manusia dari bangun tidur hingga tidur kembali.
Siapa pun yang mengamalkan ajaran Al-Qur’an akan merasakan ketenangan dan kebahagiaan yang hakiki, sebagaimana firman Allah:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik” (QS. An-Nahl: 97)
Ayat ini menunjukkan bahwa kehidupan yang baik, yang penuh dengan kebahagiaan dan ketenangan, hanya bisa dicapai melalui iman dan amal saleh yang berpijak pada ajaran Al-Qur’an.
Al-Qur’an menjadi sumber pencerahan spiritual dan kebahagiaan dunia-akhirat. Umat Islam yang menghidupkan Al-Qur’an dalam hidup mereka, baik melalui membaca, memahami, maupun mengamalkan ajarannya, akan selalu mendapatkan petunjuk dari Allah dan hidup dalam ketenangan.
Mengingat keistimewaan Al-Qur’an sebagai mukjizat terbesar dan sumber kebahagiaan, tidaklah mengherankan jika pekerjaan terbaik yang dapat dilakukan oleh seorang Muslim adalah mempelajari dan mengajarkannya. Hal ini sejalan dengan sabda Nabi Muhammad SAW:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari)
Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya mempelajari Al-Qur’an, baik dari segi membaca (tilawah), memahami makna (ta’limah), maupun mengamalkannya (tazkiyah) sebagai proses perbaikan diri dalam kehidupan sehari-hari.
Proses belajar dan mengajarkan Al-Qur’an tidak hanya memberikan manfaat bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain, sehingga menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir meskipun orang tersebut telah meninggal dunia.
Menghidupkan Al-Qur’an
Menghidupkan Al-Qur’an berarti menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman utama dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam ibadah, muamalah, maupun akhlak. Bagi seorang Muslim, menghidupkan Al-Qur’an bukan hanya melalui tilawah atau hafalan, tetapi juga dengan menjadikan ajaran Al-Qur’an sebagai dasar dalam mengambil keputusan dan bertindak.
Sebagai contoh, Al-Qur’an memberikan pedoman yang jelas dalam hal hubungan sosial, etika bisnis, keadilan, dan hak asasi manusia. Dalam setiap interaksi sosial, seorang Muslim diharapkan untuk selalu berpedoman pada ajaran Al-Qur’an, seperti bersikap adil, jujur, dan menjaga amanah. Allah berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan” (QS. An-Nahl: 90)
Dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, seorang Muslim akan selalu berada di jalan yang benar, terhindar dari perbuatan zalim, dan mendapatkan ridha Allah.
Meskipun Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar dan sumber kebahagiaan, sayangnya, banyak umat Islam yang belum sepenuhnya menyadari keistimewaan ini. Di zaman modern ini, ketika kehidupan semakin sibuk dengan urusan dunia, banyak orang yang mengabaikan Al-Qur’an.
Seringkali masyarakat modern saat ini lebih fokus pada urusan material dan hiburan, sementara Al-Qur’an seringkali hanya menjadi hiasan di rak buku atau dibaca hanya pada momen-momen tertentu.
Hal ini tentu menjadi tantangan besar bagi umat Islam. Mengabaikan Al-Qur’an berarti kehilangan panduan hidup yang paling penting, yang justru bisa membawa kebahagiaan dan keberkahan dalam hidup.
Dalam hal ini, penting bagi umat Islam untuk menyadari bahwa Al-Qur’an bukanlah sekedar kitab suci yang perlu dihormati secara fisik, tetapi juga harus dihidupkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana firman Allah:
اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ اَمْ عَلٰى قُلُوْبٍ اَقْفَالُهَا
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an? Atau apakah hati mereka telah terkunci?” (QS. Muhammad: 24)
Ayat ini mengingatkan umat Islam untuk selalu introspeksi diri, apakah mereka sudah benar-benar menghargai Al-Qur’an dengan memperhatikan dan mengamalkan ajarannya, ataukah mereka justru mengabaikannya.
Pedoman Kita
Ditegaskan sekali lagi bahwa Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar yang terus hidup hingga hari ini dan seterusnya. Inilah pedoman utama dalam hidup kita. Keistimewaannya sebagai mukjizat abadi menjadikannya sebagai pedoman hidup yang relevan bagi seluruh umat manusia tanpa batasan waktu.
Sayangnya, sekali lagi, tidak sedikit dari umat Islam yang belum sepenuhnya menyadari anugerah besar ini, sehingga mereka mengabaikan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Padahal, kebahagiaan sejati hanya bisa dicapai dengan menghidupkan Al-Qur’an dalam diri, melalui belajar dan mengajarkannya.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, pekerjaan terbaik di dunia ini adalah mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an, karena Al-Qur’an adalah kunci kebahagiaan dunia-akhirat.
Dengan demikian, menjadi kewajiban setiap Muslim untuk terus mendakwahkan Al Qur’an, mempelajari, mengamalkan, dan menyebarkan ajaran agung yang terkandung di dalamnya, agar hidup kita penuh dengan kebahagiaan, keberkahan, dan petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.[]
*) Ust. Abdul Muin, penulis adalah Direktur Persaudaraan Dai Indonesia (PosDai) Pusat