Ekspedisi Dakwah PosDai Jambi Kuatkan Khidmat Pembinaan Umat di Suku Anak Dalam - Persaudaraan Dai Indonesia | Bersama Dai Membangun Negeri | Posdai.or.id

Minggu, 20 Oktober 2024

Ekspedisi Dakwah PosDai Jambi Kuatkan Khidmat Pembinaan Umat di Suku Anak Dalam

EKSPEDISI perjalanan dakwah yang dilakukan oleh rombongan PosDai dan BMH ke pedalaman Desa Adat Berumbung, Bandung Tigo Kejasung, Kecamatan ...


EKSPEDISI perjalanan dakwah yang dilakukan oleh rombongan PosDai dan BMH ke pedalaman Desa Adat Berumbung, Bandung Tigo Kejasung, Kecamatan Muaro Sebo Ulu, Kabupaten Batanghari, Kota Jambi, merupakan salah satu langkah nyata dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. 

Program dakwah yang berlangsung ini tidak hanya fokus pada pengiriman sembako, tetapi juga pembinaan spiritual dan pendidikan generasi muda dari Suku Anak Dalam (SAD), kelompok masyarakat yang selama ini menjadi salah satu prioritas dakwah oleh Hidayatullah.

Ketua DPW Hidayatullah Jambi, Ust. Aidil Abror Rams, S.Sos.I, memimpin rombongan dalam ekspedisi yang dilakukan pada hari Ahad, 13 Oktober 2024 lalu tersebut. Selain menyerahkan sembako, mereka juga menjumpai Ustadz Bima Ardiansyah, yang telah lama membina anak-anak mualaf Suku Anak Dalam agar mahir membaca Al-Qur'an. 

Upaya pembinaan ini memiliki dampak yang signifikan dalam memperkenalkan nilai-nilai Islam kepada masyarakat SAD, khususnya generasi mudanya, yang merupakan harapan bagi masa depan masyarakat adat ini.

Pendidikan sebagai Jembatan Peradaban

Salah satu program unggulan yang ditekankan dalam dakwah ini adalah pendidikan formal dan nonformal bagi anak-anak SAD. Setiap bulan, selama lima hingga tujuh hari, para dai mitra PosDai yang tinggal di daerah tersebut menyelenggarakan kegiatan pendidikan. 

Pada pagi hari, dilakukan pengajaran di tingkat Sekolah Dasar (SD) yang telah didirikan khusus untuk masyarakat SAD, sementara pada sore hari hingga malam, dilakukan pembinaan agama melalui pembelajaran Al-Qur'an.

"Pendidikan merupakan kunci dari pembebasan masyarakat dari belenggu kebodohan dan keterbelakangan," ujar Ust. Aidil Abror Rams" tegasnya, menggarisbawahi peran penting pendidikan sebagai jembatan untuk menciptakan masyarakat yang lebih beradab.

Pembinaan yang dilakukan tidak hanya berfokus pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek spiritual dan moral. Generasi muda SAD diajarkan untuk mengenal Islam lebih dalam, sehingga mereka tidak hanya menjadi bagian dari komunitas yang terdidik secara intelektual, tetapi juga memiliki pemahaman keagamaan yang kuat. Program ini adalah bentuk nyata dari peran Hidayatullah dalam memajukan masyarakat SAD melalui pendidikan yang komprehensif.

Tantangan dalam Pembinaan Masyarakat SAD

Namun, proses dakwah di kalangan Suku Anak Dalam bukan tanpa tantangan. Ust. Aidil mengungkapkan kekhawatirannya terkait masih minimnya pemahaman masyarakat SAD terhadap ajaran Islam. 

"Kami beberapa kali mendapati, terutama pada hari Jumat, bahwa hanya satu kali shalat Jumat yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat, karena banyak orang tua yang lebih memilih pergi ke kebun," ujarnya dengan nada prihatin.

Kondisi ini menunjukkan bahwa masih diperlukan upaya pembinaan yang lebih intensif, tidak hanya kepada anak-anak, tetapi juga kepada orang tua SAD. 

"Ke depan, kami akan fokus lebih pada pembinaan orang tua, agar mereka juga memiliki pemahaman yang lebih baik tentang ajaran Islam dan dapat menjadi teladan bagi anak-anak mereka," tambahnya.

Langkah ini selaras dengan semangat yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945, yang menegaskan bahwa tujuan dari negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam konteks ini, mencerdaskan tidak hanya terbatas pada pendidikan formal, tetapi juga pada penguatan nilai-nilai keagamaan dan moral yang akan membentuk masyarakat yang berakhlak mulia.

Selain aspek spiritual dan pendidikan, ekspedisi dakwah ini juga berfokus pada upaya pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat SAD. Salah satu bentuk konkret dari program pemberdayaan ini adalah penanaman sawit, pisang, dan pinang di sekitar area pesantren yang berlokasi di lahan seluas sekitar empat hektar.

"Selama lima hari roadshow dakwah ini, kami juga membantu melakukan penanaman sawit dan pisang untuk mendukung perekonomian pesantren," jelas Ust. Aidil. 

Program ini diharapkan mampu memberikan sumber penghasilan tambahan bagi masyarakat SAD, sehingga mereka tidak hanya bergantung pada bantuan eksternal, tetapi juga dapat mandiri secara ekonomi.

Namun, tantangan besar dalam upaya ini adalah kurangnya bibit sawit yang tersedia. "Kami masih membutuhkan sekitar 300 bibit sawit, karena saat ini baru ada sekitar 100 bibit yang telah ditanam," ungkapnya. 

Dengan penambahan bibit sawit yang cukup, diharapkan pesantren ini dapat mengembangkan sektor pertaniannya secara lebih optimal dan memberikan dampak yang lebih luas bagi perekonomian masyarakat setempat.

Dukungan Tokoh Masyarakat

Dakwah di tengah masyarakat SAD mendapatkan dukungan penuh dari tokoh-tokoh masyarakat setempat. Ust. Aidil menuturkan bahwa respons masyarakat sangat positif. "Masyarakat setempat sangat antusias, mereka bahkan bergotong royong membantu perbaikan kelas dan masjid di pesantren," katanya. 

Dukungan dari tokoh adat, termasuk Temenggung yang telah memeluk Islam, menunjukkan bahwa program dakwah ini diterima dengan baik oleh komunitas lokal.

Keberhasilan dakwah ini tidak hanya diukur dari jumlah individu yang berhasil menjadi mualaf atau jumlah siswa yang mampu membaca Al-Qur'an, tetapi juga dari perubahan sosial dan budaya yang terjadi di tengah masyarakat SAD. 

Dukungan dari tokoh adat dan keterlibatan aktif masyarakat dalam program ini menunjukkan adanya perubahan yang positif dalam cara pandang mereka terhadap Islam dan pendidikan.

Dalam kerangka gerakan PosDai, pembinaan generasi muda tidak hanya sebatas transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga penguatan nilai-nilai spiritual yang akan menjadi pondasi dalam membangun peradaban. Oleh karena itu, pentingnya pembinaan Islam bagi generasi muda SAD tidak bisa diabaikan.

"Pembinaan ini merupakan bagian integral dari upaya mewujudkan tujuan negara Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Generasi muda SAD, jika dididik dengan baik, akan mampu menjadi agen perubahan yang dapat membawa komunitas mereka keluar dari keterbelakangan," kata Direktur Posdai Pusat, Ust. Abdul Muin Assankabira. 

Sebagaimana diamanatkan dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945, tujuan negara Indonesia adalah "mencerdaskan kehidupan bangsa." Amanat ini, jelas Muin, tidak hanya berlaku bagi masyarakat perkotaan atau yang tinggal di wilayah yang maju, tetapi juga bagi mereka yang berada di daerah terpencil seperti Suku Anak Dalam. 

"Kewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa harus dijalankan secara menyeluruh, mencakup semua lapisan masyarakat, termasuk komunitas adat yang selama ini sering terpinggirkan," imbuhnya.

Dengan memberikan akses pendidikan dan pembinaan keagamaan, Hidayatullah bersama simpul sinergi seperti PosDai dan BMH bergandeng tangan berkontribusi dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat SAD. 

"Dakwah ini bukan hanya tentang menyampaikan ajaran Islam, tetapi juga tentang memberdayakan masyarakat agar mereka memiliki kemampuan untuk berkembang dan maju bersama bangsa Indonesia lainnya," tukasnya.

Pada akhirnya, perjuangan mencerdaskan kehidupan bangsa ini adalah perjuangan yang tidak pernah selesai. Tantangan yang dihadapi dalam proses dakwah di SAD adalah gambaran dari perjuangan yang lebih besar dalam menciptakan masyarakat Indonesia yang beradab dan berakhlak mulia. 

"Perjalanan ini masih panjang, tetapi kami yakin, dengan izin Allah, kami akan terus berjalan, membawa cahaya Islam ke setiap sudut tanah air, termasuk di pedalaman Suku Anak Dalam," kata Aidil Abror. (ybh/pos)

Mitra

Sinergi adalah energi kita, terus berpadu dalam langkah nyata

  • Bersama Dai Bangun Negeri
  • Save Indonesia with Quran, ajak masyarakat hidupkan al-Quran
  • Menjadi dai perekat ukhuwah islamiyah dan ukhuwan insaniyah
  • Keswadayaan bersama mengemban amanah dakwah majukan negeri