Kuatkan Gerakan, PosDai Jatim Gelar Rakor Bahas Dakwah Era Digital
SURABAYA -- Persaudaraan Dai Indonesia, bekerja sama dengan Departemen Dakwah Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Hidayatullah Jawa Timur, menggelar Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) Dakwah 2025 di Gedung Dakwah dan Informasi Hidayatullah, Surabaya, pada Selasa (18/2/2025).
Mengusung tema "Jempol Berdakwah, Hati Bertakwa," kegiatan ini menyoroti urgensi pemanfaatan teknologi digital dalam memperluas jangkauan dakwah.
Acara ini berlangsung intensif sejak pukul 08.00 hingga 17.00 WIB. Ketua Departemen Dakwah DPW Hidayatullah Jawa Timur, Hebni Syarif, membuka sesi sambutan dengan menegaskan bahwa dakwah harus terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi agar tetap relevan di tengah perubahan zaman.
Rakorwil ini kemudian secara resmi dibuka oleh Bendahara DPW Hidayatullah Jawa Timur, Muhammad Ali, yang menekankan pentingnya mempercepat transformasi dakwah melalui platform digital.
“Sudah saatnya kita melakukan percepatan dakwah lewat digital. Terlalu banyak potensi di daerah yang layak untuk disebarluaskan dan menjadi inspirasi dakwah,” ujarnya sebelum mengucapkan basmalah sebagai tanda resmi dimulainya Rakorwil Dakwah Jawa Timur 2025.
Sebagai forum koordinasi dan penguatan strategi dakwah, acara ini menghadirkan berbagai sesi pelatihan dan diskusi. Salah satu sesi utama disampaikan oleh Ketua Departemen Komunikasi dan Penyiaran Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, Ust. Drs. Shohibul Anwar, yang menguraikan tantangan dakwah di Indonesia.
Dalam paparannya, ia menekankan bahwa dakwah di era digital menghadapi berbagai tantangan, mulai dari derasnya arus informasi yang tidak selalu sejalan dengan nilai-nilai Islam, hingga rendahnya literasi digital di kalangan dai.
Forum ini membahas beberapa tantangan utama yang dihadapi oleh para dai dalam menjalankan misi dakwah di era digital, diantaranya arus informasi yang tidak terkendali.
Internet menghadirkan kecepatan penyebaran informasi yang luar biasa. Namun, tidak semua informasi yang beredar sejalan dengan ajaran Islam.
Karena itu, dai harus memiliki kemampuan literasi digital yang kuat agar dapat menyaring dan menyajikan konten yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Problem lainnya yang ditelaah adalah minimnya keterampilan digital di kalangan dai. Banyak dai yang masih gagap teknologi dan belum optimal dalam memanfaatkan platform digital untuk berdakwah.
Kondisi ini akhirnya menghambat penyebaran dakwah secara luas dan efektif. Oleh sebab itu, pelatihan digital harus menjadi prioritas agar para dai bisa menyajikan dakwah yang lebih menarik dan mudah diakses.
Peserta rakor juga mendapatkan advice dari forum mengenai algoritma media sosial yang tidak selalu mendukung konten dakwah.
Media sosial memiliki sistem algoritma yang sering kali memprioritaskan konten yang viral dan menghibur, bukan yang bersifat edukatif dan religius.
“Kita harus mampu beradaptasi dengan strategi yang tepat agar pesan dakwah tetap sampai ke masyarakat,” kata Shohibul Anwar.
Disamping itu, para dai harus mau dan mampu berkompetisi dengan konten hiburan. Konten dakwah harus mampu bersaing dengan maraknya konten hiburan yang sering kali lebih menarik perhatian.
"Perlu kreativitas dalam menyampaikan dakwah, misalnya melalui desain visual yang menarik dan storytelling yang kuat,” papar Mustainul Haq, narasumber lainnya yang membahas tema dakwah di dunia digital.
Dalam rangka menjawab tantangan tersebut, beberapa strategi yang bisa diterapkan oleh para dai adalah meningkatkan literasi digital dimana dai harus dibekali dengan keterampilan digital agar mampu mengelola media sosial, membuat konten yang menarik, serta memahami strategi algoritma platform digital.
Dai juga perlu optimalkan multimedia dalam Dakwah. Penggunaan infografis, video pendek, dan desain visual yang menarik dapat meningkatkan daya tarik konten dakwah.
Selain itu, dai juga perlu memanfaatkan jaringan dan kolaborasi. Berkolaborasi dengan kreator konten Islami dan komunitas Muslim lainnya dapat memperluas jangkauan dakwah.
Tantangan terakhir yang terbilang cukup berat adalah menjaga konsistensi dan kualitas konten. Dakwah digital membutuhkan kontinuitas dalam penyampaian pesan agar tetap relevan dan membangun audiens yang loyal.
Selain sesi dari Ust. Shohibul Anwar dan Mustainul Haq, Rakorwil ini juga menghadirkan pelatihan khusus untuk meningkatkan kreativitas dalam dakwah digital guna meningkatkan kualitas konten dakwah berbasis digital yang dipaparkan oleh redaktur senior majalah Suara Hidayatullah, Akbar Muzakki, yang juga membeberkan teknik penulisan dan keredaksian.
Dengan adanya Rakorwil Dakwah ini, diharapkan para dai dan pegiat dakwah semakin aktif dalam memanfaatkan teknologi digital sebagai sarana penyebaran nilai-nilai Islam secara lebih luas, efektif, dan inspiratif.
Tantangan dakwah di era digital memang kompleks, tetapi dengan strategi yang tepat dan kolaborasi yang kuat, penyebaran Islam dapat tetap berjalan dengan optimal di tengah arus perubahan zaman. (ybh/pos)